Inkubasi Bisnis & Inovasi Bersama (IBISMA) bekerja sama dengan Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional UII menyelenggarakan IBISMA Growth Academy (IGA) 2021 dengan tema “Design Thinking for Startup” pada Kamis (8/7) bersama Jaka Wiradinata (GRAB Region Head Central Java & DIY). Peserta dari kegiatan ini adalah tenant dan member IBISMA UBIC 7.0, Civitas Akademika UII (Dosen, Peneliti, Mahasiswa), Pelaku Bisnis (UMKM & Startup), Komunitas Bisnis & Alumni, Pemerintah, Media, serta Masyarakat Umum.
Apa tujuan dari webinar ini?
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peran penting design thinking dan success story penggunaan design thinking dalam mengembangkan startup. Webinar dibuka oleh Direktur Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional UII, Dr.rer.nat. Dian Sari Utami, S.Psi., M.A.. Dilanjutkan dengan pemaparan materi design thinking for startup oleh Jaka Wiradinata (GRAB Region Head Central Java & DIY). Harapannya kegiatan ini menjadi salah satu agenda untuk mendorong inovasi dan juga mendukung peningkatan iklim wirausaha yang nantinya berkelanjutan dan potensial.
Awal Grab memasuki Kota Jogja
Jaka berusaha memaparkan konteks design thinking for startup yang berbasis teknologi, dalam hal ini adalah Grab. “Mungkin saya akan share beberapa pengalaman dari Grab itu sendiri,” ujarnya. Ia menjelaskan bagaimana awal Grab memasuki Jogja, di mana Grab dimulai dari motor dan mobil hingga sekarang berevolusi menjadi super app. “Kompetitior kita dan di dunia juga sama seperti di Amerika dan China juga sudah menuju super app. Sebenarnya konsep super app ini berkembang di Indonesia,” lanjutnya.
Sejarah Grab
Awalnya pada tahun 2011, Grab bernama MYTEKSI yang resmi diluncurkan ke publik di Malaysia dengan taksi online sebagai produk inti. Kemudian, pada 2013 berganti nama menjadi GrabTaxi dan memperluas operasinya ke Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Indonesia dengan membawa GrabBike sebagai produk baru. Selanjutnya, pada 2016 mengubah namanya menjadi Grab yang sudah lebih berkembang dengan banyak layanan dan telah beroperasi di delapan negara Asia Tenggara. “Grab dengan operasi terbesarnya berada di Indonesia yang telah menjangkau lebih dari 260 kota dari Sabang sampai Merauke,” ungkap Jaka. Service Grab sudah berevolusi dengan super app sehingga bisa bertahan selama pandemi ini. Layanan pengantaran makanan, GrabMart, GrabHealth yang sekarang sedang tinggi sekali pemakaiannya dengan berkonsultasi langsung kepada dokter dan diberikan resep dan diantar ke rumah masing-masing, dan layanan lainnya yang sekarang menjadi satu aplikasi, yaitu di aplikasi Grab. “Kami selalu berusaha untuk memberikan layanan harian yang relevan kepada pelanggan kami,” ujarnya.
Tahapan Design Thinking
Sejak dua tahun lalu, Grab sudah mengeluarkan report tentang sustainability highlights karena sudah cukup memberikan impact yang dirasakan oleh masyarakat. Jaka menjelaskan bagaimana caranya Grab bisa menjadi sebesar ini, yaitu dengan menerapkan metode design thinking. Metode tersebut memiliki lima tahapan, yaitu empathize, define, ideate, prototype, dan test. Empathize adalah dengan memahami kebutuhan pengguna dan kita harus merasakan dulu. Define adalah membangun sudut pandang yang didasarkan pada kebutuhan dan wawasan pengguna. Ideate adalah brainstorming dengan solusi kreatif. Prototype adalah membangun representasi satu atau beberapa ide untuk ditunjukkan kepada pengguna. Test adalah menguji ide atau prototype kepada pengguna untuk mendapatkan feedback.
Penerapan Design Thinking pada Grab
Jaka menceritakan design thinking yang dilakukan Grab dimulai dari empathize di mana sebelumnya pada tahun 2011 – 2012 pendiri Grab menemukan bahwa banyak orang telah melalui pengalaman yang tidak menguntungkan dengan naik taksi di lingkungan yang tidak aman di Malaysia, khususnya wanita. Meskipun menjadi salah satu alternatif transportasi umum pilihan, keselamatan telah menjadi masalah yang memprihatinkan bagi moda transportasi ini. Terutama bagi wanita yang perlu naik larut malam atau dini hari.
Kemudian, berlanjut ke tahap define dengan mendefinisikan masalah dan mencari tahu apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Salah satunya adalah masalah keselamatan bagi perempuan yang naik taksi di Malaysia. Maka pertanyaannya, bagaimana Grab memastikan perempuan memiliki alternatif transportasi yang aman di Malaysia?. “Kita menciptakan persona pelanggan sebagai target pasar potensial, lalu kita mencari tahu apa yang diinginkan, dibutuhkan, dan dirasakan oleh pelanggan,” lanjut Jaka.
Selanjutnya, melakukan tahap ideate dengan minimum viable product (MVP), MVP adalah hal penting yang dapat dibuat untuk memberikan value kepada pelanggan. “Jadi, apa yang awalnya kami lakukan adalah menemukan cara menyediakan platform yang dapat diterima pelanggan untuk memesan taksi dengan sopir yang sah, terverifikasi, dan memiliki visibilitas untuk melacak taksi mereka secara real time. Itu saja. belum ada fitur tambahan lainnya. Hanya produk inti, itu disebut MVP,” jelasnya.
Pada tahap prototype Grab menjelajahi kelayakan solusi yang diusulkan dan mengawasi peluang. Kemajuan teknologi cepat dan berlimpah, tetapi platform mana yang paling cocok untuk bisnis ini?. Caranya dengan melihat ukuran pasar dan potensi, meninjau alasan penggunaan dan penghalangnya, serta menggunakan analisis SWOT dan pro kontra untuk menilai kecocokan pasar. “Salah satu alasan mengapa Grab memilih aplikasi seluler adalah pemahaman bahwa Asia Tenggara memiliki tingkat penggunaan internet tertinggi di dunia, dengan rata-rata 3,6 jam dihabiskan untuk internet setiap hari,” lanjutnya.
Setelah itu melanjutkan ke tahap test untuk validasi produk yang telah dibuat. Tahap ini digunakan untuk mengukur kinerja bisnis dan mengembangkannya. Selanjutnya Grab meminta feedback langsung dari pelanggan, mitra, dan pedagang. Hal ini bertujuan agar Grab selalu berinovasi untuk memberikan keamaan, kenyamanan, dan kepuasan kepada pelanggan.
“Kita tahu bahwa kita masih jauh dari kesempurnaan, tetapi kita selalu berusaha untuk lebih baik setiap harinya. Dari aplikasi yang sederhana sekarang Grab sudah menjadi ‘Your everyday everyhing app’ dari mulai transportasi, pengantaran, hingga pembayaran. Keunggulan itu tidak datang tiba-tiba, tetapi ia adalah hasil dari tekad kuat, usaha yang tulus, dan eksekusi yang cerdas. Keunggulan lahir dari pilihan-pilihan hidup yang kita pilih jadi bukan sekadar kesempatan. Pada akhirnya yang menentukan jalan hidup kita itu bukan semata-mata kesempatan, tetapi pilihan yang kita ambil dari kesempatan-kesempatan yang ada,” pungkas seorang GRAB Region Head Central Java & DIY.