Berita Terbaru

, , ,

Kembangkan Potensi UMKM, Program Inkubator Bisnis UKM Naik Kelas Tahap 2 Digelar

Program UMKM Naik Kelas ini merupakan salah satu langkah nyata untuk meningkatkan kualitas koperasi dan UMKM di Yogyakarta. Program ini diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop) Daerah Istimewa Yogyakarta…
, , ,

Melalui PINOTI, POPTIKJI Perkuat Pondasi Industri Kecil dan Menengah (IKM)

  Program Penguatan Industri Melalui Optimalisasi Teknologi (PINOTI) kembali diadakan pada Senin-Rabu (13-16/5) di Hilton Garden Inn Bali. Program yang diselenggarakan oleh  Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan…
, , ,

Tumbuhkan Inovasi: Kemenkop UKM Gelar FGD untuk Dorong Pengembangan Usaha Kecil Menengah

  Asisten Deputi Pengembangan Ekosistem Bisnis Kemenkop UKM mengadakan Forum Group Discussion pada Sabtu (27/4). FGD ini dihelat di Hotel Harper Malioboro, Jl. P. Mangkubumi, Yogyakarta yang diikuti oleh peserta dari berbagai stakeholder…

Semua Berita

Pelatihan UMKM: Product Branding

Materi ketiga pada hari pertama dalam agenda pelatihan dengan tema “Inkubator Bisnis UMKM Naik Kelas”. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) berkolaborasi dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Daerah Istimewa Yogyakarta (Diskop UKM DIY). Selasa (8/6), materi ketiga membahas tentang Product Branding yang akan disampaikan oleh Alya Mirza di ruang satu dan Satya Bilal di ruang dua. Pemateri menjabarkan sembilan elemen penting dari marketing yang terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, strategi terdiri dari segmentation, targeting, dan positioning. Kedua, tactic terdiri dari differentiation, marketing mix, dan selling. Ketiga, value terdiri dari brand, service, dan process. Strategi Strategi merupakan eksplorasi untuk memahami segmen pasar, memilih sasaran pasar (target market), dan menetapkan positioning perusahaan yang akan dibentuk di benak pelanggan. Segmentasi, tergeting, dan positioning merupakan bagian dari strategi. Segementasi adalah proses membagi pasar menjadi segmen-segmen yang lebih kecil berdasarkan karakteristik serupa dari perilaku pelanggan, dan kemudian menentukan segmen-segmen mana yang mau kita layani. Segmentasi ini memiliki variabel, yaitu static attribute, dynamic attribute, dan individual. Static attribute terbagi menjadi dua, yaitu geografis dan demografis. Dynamic attribute juga terbagi menjadi dua, yaitu psikografis dan perilaku. Individual, yaitu identifikasi pasar dengan cara mengumpulkan database, pilah database pelanggan, interaksi dengan pelanggan menggunakan teknologi informasi, dan menawarkan customization pada tiap-tiap pelanggan. Targeting adalah proses evaluasi setiap ketertarikan dari masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk dipenetrasi. Positioning adalah bagaimana sebuah perusahaan mendesain penawaran dan imej sehingga dapat mengakomodasi posisi kompetitif yang berbeda dan bermakna di benak pelanggan. Positioning juga merupakan salah satu teknik memposisikan produk atau pelayanan perusahaan berdasarkan faktor tingkat manfaat. Faktor tingkat manfaat terbagi menjadi empat, yaitu performance benefit factor, convenience benefit factor, price benefit factor, dan psychology benefit factor. Taktik Selanjutnya pemateri menjelaskan bahwa taktik merupakan langkah kongkrit dari strategi yang telah dikembangkan dalam arsitektur marketing. Taktik terdiri dari differentiation, marketing mix, dan selling. Differentiation adalah mengintegrasikan konten, konteks, dan infrastruktur dari apa yang ditawarkan kepada pelanggan. Konten adalah apa yang ditawarkan kepada pelanggan dan penawaran utama produk dan perusahaan kepada pelanggan. Konteks adalah cara menawarkan kepada pelanggan dan bagaimana memberikan penawaran produk kepada pelanggan. Sedangkan infrastruktur adalah faktor enabler untuk merealisasikan diferensiasi melalui konten dan konteks dan membedakan dari dari pesaring berdasarkan teknologi, kapabilitas SDM, dan fasilitas. Value Pemateri kemudian menyampaikan maksud dari value. Aspek value digunakan untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan dengan membangun brand yang kuat, diperkuat oleh service yang sesuai dan proses yang baik. Brand adalah aset yang menciptakan value bagi pelanggan dengan meningkatkan kepuasan dan menghargai kualitas. Contoh value yang dimiliki beberapa perusahaan, misalnya IKEA mempresentasikan perusahaan home furnishing terbaik dunia asal Swedia, Aqua mempresentasikan produk air minum kemasan, atau Honda mempresentasikan produsen mesin berkualitas. Proses branding seperti membangun sebuah rumah impian Budgeting Pertama adalah budgeting. Biaya untuk memiliki rumah sendiri terus meningkat. Semakin besar setiap tahun. Rumah ideal yang sesuai dengan preferensi tidak akan pernah murah. Semakin ideal sebuah rumah, semakin besar budget yang perlu dipersiapkan. Perencanaan keuangan yang tepat sangat diperlukan. Jangan sampai membuang terlalu banyak resource untuk sesuatu yang belum tentu terpakai. Branding memakan waktu yang sangat panjang, jadi kita perlu memastikan nafas–cashflow–dari suatu bisnis. Pondasi Kemudian adalah pondasi. Dalam penyusunan strategi brand ada dua hal yang perlu dijadikan sebuah landasan, yaitu internal brand (tujuan, visi, misi, value) dan brand positioning (audience, competitor, difference). Keduanya adalah pondasi sebuah brand yang kuat. Pintu dan jendela Setelah itu adalah pintu dan jendela. Tanpa pintu dan jendela kita tidak bisa memperhatikan siapa yang lewat di depan rumah. Kita juga kesulitan mempersilahkan mereka masuk ke rumah. Dalam branding menentukan jumlah jendela dan pintu seperti menentukan brand touchpoint. Touchpoint yang dimaksud adalah platform yang digunakan untuk berinteraksi dengan audiens. Misal website, social media, dan lainnya. Touchpoint akan memudahkan kita dalam berinteraksi dengan audience dan menjadi jalan untuk memberikan pengalaman terbaik pada mereka. Cat rumah Step selanjutnya adalah cat rumah. Setelah seluruh konstruksi bangunan selesai, saatnya finishing. Disini proses pembuatan logo, pemilihan warna, pemilihan typografi, pemilihan imagery baru ditentukan. Pemilihannya pun tidak bisa asal, kita sudah menentukan struktur bangunan sesuai dengan tema yang kita pilih, otomatis dekorasinya akan menyesuaikan. Perabotan Step yang terakhir adalah perabotan. Percuma jika membuat rumah yang bagus, tapi interiornya kosong. Perabotan adalah konten-konten yang akan kita berikan pada audience. Sekali lagi, perabotan akan dipilih sesuai dengan tema yang sudah kita tentukan saat menyusun konsep rumah–strategi. Cara membuat product branding Pemateri juga memberitahu cara untuk membuat product branding. Pertama, membuat sesuatu yang berbeda atau lebih baik dari yang sudah ada. Kedua, menyesuaikan dengan target market. Terakhir, membuat desain logo, pesan, dan kemasan yang sesuai dengan harapan agar pembeli mengingat produk tersebut.

Pelatihan UMKM: Personal Branding

Agenda pelatihan hari pertama pada Selasa (8/6) dengan tema “Inkubator Bisnis UMKM Naik Kelas”. Agenda ini dilakukan oleh Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) yang berkolaborasi dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Daerah Istimewa Yogyakarta (Diskop UKM DIY). Kali ini akan membahas materi kedua pada hari pertama. Materi kedua ini membahas mengenai Personal Branding yang akan disampaikan oleh Satya Bilal di ruang satu dan Alya Mirza di ruang dua. Pemateri menjelaskan bahwa personal branding pada dasarnya adalah proses berkelanjutan untuk membangun citra atau kesan yang ditentukan dalam pikiran orang lain tentang individu, kelompok, atau organisasi. Cara lebih mengenal diri Pemateri memberikan cara agar lebih mengenal diri kita. Caranya adalah dengan menyusun strength, weakness, opportunity, dan threats (SWOT). Setelah menyusun SWOT kita dapat memilih mana yang bisa dijadikan pujian, nasihat, saran, dan kritik. Dikatakan pujian apabila hal tersebut merupakan sesuatu yang baik dan harus dipertahankan untuk kedepannya, tetapi apabila hal baik tersebut perlu diubah maka dapat dikategorikan sebagai nasihat. Sedangkan saran merupakan sesuatu hal yang buruk, tetapi tidak mengganggu kehidupan kita. Dikatakan kritik apabila ada sesuatu hal yang buruk dan harus kita ubah. Cara mengembangkan diri Setelah mengenal diri kita, maka kita dapat mengembangkan diri kita. Pemateri mengatakan bahwa cara mengembangkan diri kita adalah dengan menentukan positioning, differentiation, dan brand. Positioning: Bagaimana Anda ingin dipandang oleh orang lain? Differentiation: Apa yang membedakan Anda dengan yang lain? Brand: Seberapa bernilaikah Anda di mata orang lain? Pemateri menyampaikan bahwa kita harus terus mengembangkan diri kita dengan konsistensi dan menjalin relasi. Konsistensi terdiri dari beberapa sifat, yaitu jujur, persisten, disiplin, menepati janji, fokus, dan unik. Kemudian, menjalin relasi juga harus memiliki beberapa sifat, yaitu representatif, menyenangkan, terbuka, komunikatif, dan reliable. Jujur pada diri sendiri dan orang lain. Persisten pada tujuan yang sudah ditetapkan. Disiplin pada diri sendiri dan orang lain. Menepati janji implikasi dari disiplin. Fokus pada tujuan. Unik sesuai kepribadian. Contoh – Anne Avantie Pemateri memberikan contoh personal branding yang dimiliki oleh Anne Avantie. Anne Avantie adalah seorang perancang busana kebaya, filantropist, hobi memasak, empowering local business, empowering woman, wanita inspriratif, dan religius. Anne membranding dirinya melalui youtube, instagram, acara fashion, serta acara televisi. Personal branding adalah sebuah perjalanan untuk menjadi yang terbaik. Kita harus percaya diri, berpenampilan bersih dan rapi, bertutur kata yang baik dan menyenangkan, serta membuat orang merasa penting dengan mengingat namanya. Kita juga harus siap mental untuk menerima kritikan dan tetap menghormati serta pengertian.

Pelatihan UMKM: Business Model Canvas (BMC)

Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) berkolaborasi dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Daerah Istimewa Yogyakarta (Diskop UKM DIY) yang diselenggarakan dalam bentuk pelatihan dengan tema “Inkubator Bisnis UMKM Naik Kelas”. Pelatihan dilakukan secara bertahap. Bulan Juni lalu merupakan tahap pertama dengan peserta sebanyak seratus orang yang mewakili UMKM-nya. Adapun seratus peserta pada tahap pertama dibagi menjadi dua batch. Batch pertama mengikuti pelatihan pada tanggal 8 – 10 Juni 2021. Sedangkan batch kedua mengikuti pelatihan pada tanggal 15 – 17 Juni 2021. Setiap batch memiliki lima puluh peserta yang dibagi menjadi sepuluh kelompok. Pembagian kelompok dilakukan agar memudahkan proses mentoring. Batch pertama dibagi lagi menjadi dua kelas, sehingga pada masing-masing kelas terdiri dari 25 peserta atau lima kelompok. Hal tersebut dilakukan agar semua peserta tetap menjaga jarak dan menaati protokol kesehatan. Business Model Canvas Hari pertama pada Selasa (8/6), pelatihan dimulai dengan acara pembukaan, perkenalan mentor, lalu diskusi bersama mentor masing-masing kelompok. Hari ini terdapat tiga materi dengan enam pemateri. Materi pertama membahas mengenai Business Model Canvas (BMC) yang akan disampaikan oleh Meika Hazim SE., MBA di ruang satu dan Bagus Panuntun SE., MBA, CMW, CFP, CSA, CBC di ruang dua. Pemateri menjabarkan bagaimana sebuah organisasi membangun, menyampaikan, dan menangkap suatu nilai. Business Model Canvas (BMC) memiliki sembilan elemen yang terdiri dari customer segments, value propositions, channels, customer relation, revenue streams, key resources, key activities, key partners, dan cost structure. Customer segments Pemateri juga memaparkan maksud dari kesembilan elemen BMC tersebut. Pertama, customer segments adalah satu atau beberapa jenis customer yang dilayani oleh sebuah usaha. Elemen ini membahas mengenai target konsumen, yaitu siapa yang membeli produk bukan siapa yang mengkonsumsi produk. Segmentasinya terdiri dari segmentasi geografis, demografi, psikologis, dan perilaku. Value propositions Kedua, value propositions, yaitu pecahkan masalah dan penuhi kebutuhan customer dengan sebuah nilai penawaran. Pada elemen ini juga membahas mengeni produk atau jasa yang laku di pasaran selalu memiliki nilai manfaat yang unik dan unggul dibandingkan produk sejenis. Channels Ketiga, channels, yaitu value propositions yang disampaikan ke customer melalui komunikasi, distribusi, atau saluran penjualan. Elemen ini memiliki jenis-jenis saluran, yaitu sales force, web sales, own stores, partner stores, dan wholesaler. Channels juga memiliki beberapa fase, yaitu kesadaran, evaluasi, pembelian, penyampaian, dan purna jual. Customer relations Keempat, customer relation adalah hubungan dengan customer yang dibangun dan dipertahankan bersama masing-masing customer segment. Pada elemen ini pelanggan dapat didorong oleh motivasi seperti akuisisi pelanggan, retensi (mempertahankan) pelanggan, dan peningkatan penjualan (upselling). Elemen ini juga memiliki beberapa kategori, yaitu personal assistance, dedicated personal assistance, self service, automated services, communities, dan co-creation. Revenue streams Kemudian, revenue streams adalah jenis pendapatan dihasilkan dari proposisi nilai yang ditawarkan dengan sukses ke customer. Elemen ini juga terdiri dari business to business, business to customer, dan business customer to customer. Business to business, yaitu transaksi usaha yang memberikan layanan kepada pembeli berskala besar atau dari produsen ke sebuah organisasi atau perusahaan lain yang membeli dalam skala besar. Business to customer adalah transaksi usaha yang memberikan layanan kepada konsumen retail yang dapat membeli secara eceran. Contohnya sebuah perusahaan yang membuka toko untuk menjual produknya. Sedangkan customer to customer adalah transaksi usaha yang memberikan layanan kepada pedagang (bukan perusahaan produsen) yaitu pelapak online atau reseller perseorangan yang mental produk langsung ke konsumen akhir secara eceran. Key resources Selanjutnya, key resources adalah aset yang dibutuhkan untuk menawarkan dan menyampaikan value proposition. Elemen ini dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu fisik, intelektual, manusia, dan finasial. Key activities Lalu, key activities adalah aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan dan menyampaikan value proposition. Elemen ini juga dikategorikan menjadi tiga, yaitu produksi, pemecahan masalah, dan platform atau jaringan. Key partners Kedelapan adalah key partners, yaitu sumber daya yang diperoleh dari luar organisasi/usaha. Pemateri juga menyampaikan bahwa elemen ini memiliki empat jenis kemitraan yang berbeda, yaitu aliansi strategis antara non-pesaing, kemitraan strategis antar pesaing, usaha patugan untuk mengembangkan bisnis baru, dan hubungan antara pembeli dengan pemasok untik menjamin pasokan yang dapat diandalkan. Kemudian, pemateri juga memberika tiga motivasi dalam membangun kemitraan, yaitu optimisasi dan skala ekonomi, pengurangan resin ketidakpastian, dan akuisisi sumber daya dan aktivitas tertentu. Cost structures Terakhir adalah cost structure, yaitu jenis biaya yang terjadi untuk jalannya usaha. Pemateri menyampaikan bahwa akan sangat berguna bila struktur biaya model bisnis dibedakan menjadi dua kelas, yaitu terpacu biaya dan terpacu nilai. Terpacu biaya adalah biaya terfokus pada penilaian biaya, sedangkan terpacu nilai adalah berfokus pada penciptaan nilai. Elemen ini memiliki karakteristik, yaitu biaya tetap, biaya variabel, skala ekonomi, dan lingkup ekonomi.

Kolaborasi IBISMA & Dinkop UKM DIY untuk Inkubasi Bisnis UKM DIY

Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama (IBISMA) UII menjalin partnership dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop-UKM) DIY untuk mewujudkan UKM naik kelas yang terbungkus pada agenda yang bertajuk Pelatihan Bisnis. Direktur Simpul Tumbuh UII, Arif Wismadi dalam sambutanya menyampaikan apabila UII dalam beberapa tahun ini fokus dalam konsep Enterpreneur University. Hal ini melengkapi visi UII sebelumnya sebagai Research University. Senada dengan gerakan Dinkop-UKM DIY, UII juga berupaya menaikkan kelas universitas dengan perbanyak pengusaha, khususnya bagi mahasiswa. Semangat ini perlu diimplementasikan melalui konsep, narasi, dan tindakan yang baik. “Bisnis yang dibangun harus benar-benar mengakar pada permasalahan umat. Selain berorientasikan untuk selesaikan masalah umat, bisnis di Jogja juga perlu memperhatikan sosial budaya masyarakatnya. Hal ini agar produk barang atau jasa bisa diterima dan berkembang di masyarakat. Contoh baik bisa dilihat pada UKM di Jogja. Meski berpengaruh pada pola dan pendapatan, pelaku UKM ternyata bisa melihat peluang dan bertahan di masa pandemi. Dengan kerja sama ini, UII semoga mampu memberikan kotribusi nyata pada pengembangan UKM di DIY agar naik kelas melalui program dan kurikulum yang telah didesain oleh tim IBISMA dan Dinkop DIY. Kedepan melalui program-program yang serupa UII melalui IBISMA akan memberikan kotribusi untuk meng inkbubasi bisnis-bisnis secara luas. Baik melui Kerjasama sinergitas dengan Dinkop DIY maupun yang lain. Kepala Dinkop-UKM DIY, Ir. Srie Nurkyatsiwi, M.M.A, pada sambutanya menyampaikan Dinkop & UKM DIY berupaya mendesain program untuk memberikan fasilitasi kepada UKM di DIY agar naik kelas. ini merupakan salah satu komintmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas, kapabilitas, omzet, daya saing, dan daya tahan UKM di DIY. Seiring dengan itu, beliau melihat UII melalui Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kewirausahaan (DPPK – Simpul Tumbuh) memiiki visi yang sama dalam pengembangan konsep bisnis. Sehingga beliau menggandeng DPPK melalui IBISMA memberikan kepercayaan dalam berkolaborasi dalam mendesain dan melaksanakan iknubasi bisnis UKM di DIY Agenda bertajuk Pelatihan Bisnis dengan tema UKM Naik Kelas ini terbagi menjadi 2 tahap, dengan masing-masing tahap merekrut 50 UKM di seluruh wilayah DIY. Tahap 1 telah dilaksanakan pada tanggal 7-10 Juni 2021 dan tahap kedua akan dilaksanakan pada 14-18 Juni 2021. 100 UKM yang terpilih akan diberikan berbagai pelatihan selama 4 hari. Seluruh peserta, akan mendapatkan materi dan pendampingan dari mentor dalam hal busines check up, business model canvas, branding, pembuatan profil usaha, optimalisasi digital marketing, pengelolaan finansial dan tip-tip usaha Dari 100 UKM akan disaring menjadi 20 terbaik yang akan mendapatkan failitas pendampingan lebih lanjut dan mendapatkan peluang berbagai hibah untuk scale up UKM dari IBISMA UII. Selain untuk meningkatkan kelas, inkubator bisnis juga bisa menjadi ajang kolaborasi antarpelaku usaha. Melalui kolaborasi, maka kekuatan kecil yang tersebar ini bisa menjadi satu kekuatan besar yang saling menguatkan. Keunikan usaha dan pasar masing-masing bisa saling mengisi satu sama lain.

Entrepreuneurial Learning Outcome dan HEInnovate Universitas Islam Indonesia

Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kewirausahaan (DPPK/ST) Simpul Tumbuh, Universitas Islam Indonesia melakukan program pemetaan Entrepreuneurial Learning Outcome dan HEInnovate yang bermaksud untuk mengetahui sejauh mana kurikulum kewirausahaan tertanam di dalam kurikulum mata kuliah pada tingkat program studi. Kegiatan ini dilakukan pada Maret 2020 hingga Desember 2021 bersama program studi S1 di lingkungan Universitas Islam Indonesia. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan metode pengukuran kepada program studi untuk mengembangkan kurikulum berbasis entrepreneurship, mengembangkan entrepreneurial mindset, dan mengimplementasikan program kerja untuk meningkatkan entrepreneurial mindset. Program tersebut dibagi menjadi 3 project, yaitu Pemetaan Entrepreneurial Learning Outcome (ELO), Pengukuran HEInnovate, dan ELO Grant. Sebanyak 15 program studi ikut serta dalam pemetaan kurikulumnya, melalui pemetaan kurikulum terdapat korelasi antara 15 parameter kewirausahaan Entrecomp Uni Eropa yang terimplementasi dalam kurikulum pada program studi. Melalui kegiatan tersebut, maka program studi dapat mengetahui keunggulan serta kelemahan apa saja yang dapat diperbaiki. Kegiatan HEInnovate ini membuat program studi dapat mengetahui arah kebijakan apa saja yang direkomendasikan oleh HEI untuk diterapkan. Selanjutnya, kegiatan ELO Grant ini diimplementasikan melalui proposal-proposal yang terdiri dari Logical Framework dan concept note, program studi mengusulkan program kerja yang dapat dilakukan, kemudian program kerja ini merupakan hasil dari pemetaan ELO dan pengukuran HEInnovate. Sebanyak sembilan program studi yang mengusulkan ELO Grant akan melalui tahapan penilaian oleh reviewer, setelah itu diputuskan program studi pemenang Enterpreneurial Learning Outcome (ELO) Grant 2021. Terdapat tiga program studi dengan proposal terbaik, yaitu Farmasi, Teknik Industri, dan Manajemen. Ketiga program studi tersebut diberikan insentif dan bantuan dana dalam melaksanakan program peningkatan kapasitas kurikulum kewirausahaannya. Masing-masing program studi pemenang ELO Grant ini mendapatkan penghargaan penyusunan proposal sebesar Rp. 10 juta dan dana untuk kegiatan sebesar Rp. 50 juta.