Tag Archive for: #ibismauii

Tim IDEMES mengadakan acara sosialisasi tentang Diabetes Melitus (DM) dan launching produk IDEMES sebagai salah satu kegiatan pendanaan hibah CPPBT 2020 pada Sabtu (11/06). Acara tersebut dihadiri oleh kepala IBISMA UII, narasumber dr. Nuur Naafi Uloh M.Sc., S.Pk., penderita DM, serta masyarakat umum dengan jumlah peserta 30 orang di Hotel The Rich Jogja.

Sosialisasi Diabetes Melitus

DM menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular yang semakin banyak pengidapnya. Menurut International Diabetes Federation Federation Tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke tujuh untuk prelevansi penderita diabetes tertinggi di dunia. Ironisnya, dua pertiga penderitanya tidak tahu mereka memiliki diabetes.

Salah satu tenant IBISMA yang mendapatkan pendanaan hibah CPPBT Kemendikbud 2020 adalah IDEMES yang menciptakan produk yang dapat mengontrol asupan gula pasir harian yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan Indonesia, yaitu maksimal 50 gram per hari. Alat ini teritegrasi dengan smartphone sebagai fitur pengingat batasannya dan juga sebagai cara membiasakan diri untuk hidup sehat. Hal ini dikarenakan batasan konsumsi gula pasir harian yang ada terabaikan karena ketidaktahuan masyarakat Indonesia sendiri tentang itu dan tidak ada alat untuk kontrolnya, hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan khususnya DM.

Launching IDEMES

Halida Ulfah, CEO dari IDEMES adalah Mahasiswa Universitas Islam Indonesia Jurusan Teknik Industri Angkatan 2017. Ia menceritakan bagaimana IDEMES dapat terbentuk. Awal mulanya ia tidak berfikir akan menjadi seorang pengusaha/wirausaha dalam produk seperti ini dikarenakan ide ini muncul ketika ia dan dua orang temannya hanya berminat mengikuti perlombaan Inovasi Teknologi atau LEVITASI 2018 yang diadakan oleh Fakultas Teknologi Industri. Kemudian pada tahun 2019 ia berkesempatan diliput oleh berbagai media dan disiarkan disalah satu stasiun televisi nasional untuk menjelaskan IDEMES kepada publik. Dari sanalah IDEMES mulai dikenal oleh orang luar. Hingga pada tahun 2020 mereka diundang untuk menjadi narasumber di program Laptop SiUnyil Trans 7. Semakin dikenalnya IDEMES maka mereka bercita-cita untuk memproduksi dan menjual produk IDEMES agar manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh Masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu sebelum melakukan produksi dan penjualan, mereka melakukan riset lebih lanjut mengenai IDEMES dengan mengikuti Program Inkubasi yang ada di Universitas Islam Indonesia yang bernama UBIC 6.0 di bawah naungan IBISMA.

Dampak terbesar yang dirasakan setelah mengikuti program inkubasi ini adalah mereka bisa redesign prototype yang masih terdapat kendala dalam hal keakuratan sensor kadar gula darahnya, melakukan pengujian terkait etik kedokteran produk kesehatan, serta redesign aplikasi yang lebih friendly. Saat ini, produk IDEMES juga sudah di launching bersamaan dengan dilakukannya pengecekan gula darah secara gratis.

Pengecekan Gula Darah

Penggunaan Alat IDEMES

Pendampingan UBIC 8.0 Tahap 3

Berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII), salah satunya adalah UII Business & Innovation Challenge (UBIC) menjadi upaya dalam melakukan berbagai inovasi teknologi.

Berdasarkan hasil penilaian dewan juri telah diumumkan 28 tenant yang berhasil lolos seleksi proposal pada UBIC 8.0. Peserta yang lolos telah mengikuti pendampingan tahap 1 pada bulan Maret 2022.

Selanjutnya, para peserta mengikuti pendampingan UBIC 8.0 tahap 2 dimulai pada tanggal 29, 30, dan 31 Maret 2022 yang dilaksanakan secara Hybrid melalui zoom dan berada langsung di Gedung Simpul Tumbuh UII. Sebanyak 28 tenant yang mengikuti pendampingan ini mendapatkan beberapa materi sebagai penunjang perkembangan bisnisnya.

Kemudian, peserta mengikuti pendampingan tahap 3 sebagai pendampingan terakhir pada tanggal 31 Mei, 2 hingga 3 Juni 2022. Pendampingan ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Non TIK.

Pendampingan hari pertama pada Selasa, 31 Mei 2022, para peserta mendapatkan materi pelatihan TIK mengenai Key Metrics Analysis, Investmen Pitch, Customer Development, serta Pengelolaan dan Manajemen Konten Website. Sedangkan, pelatihan Non TIK membahas materi tentang Persiapan Ekspor.

Pada Kamis, 2 Juni 2022 membahas tentang materi Komunikasi Bisnis, Optimasi Iklan (Facebook, Instagram, dan Marketplace), Copy Writing & Content, serta SEO & Google Ads.

Kamis, 3 Juni 2022, pendampingan UBIC 8.0 tahap 3 ini ditutup dengan materi Analisa Laporan Keuangan (Financial Metrics), Valuasi Perusahaan (Startup & UMKM), Business Plan, serta Akselerasi Bisnis.

Pada program UBIC 8.0 ini peserta akan mendapatkan pendanaan sebesar 200 juta. Selama pendampingan berlangsung para peserta kembali diseleksi untuk mendapatkan pendanaan. Berdasarkan hasil seleksi, diperoleh 17 peserta yang berhasil lolos mendapatkan pendanaan.

Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh Universitas Islam Indonesia (DPPK/ST UII) mengadakan acara Kick-off “Deepening Desa Brilian BRI 2022” Batch-1. Acara yang merupakan program kolaborasi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. ini berlangsung pada Selasa (26/4) secara daring. Program ini dilaksanakan selama tiga bulan ke depan dari April hingga Juni 2022 yang diikuti oleh 87 Desa di Wilayah Provinsi DIY & Provinsi Jawa Tengah.

Arif Satria selaku Assistant Vice President of Social Entrepreneurship & Incubation Division BRI menyampaikan bahwa pihaknya peduli pada segmen UMKM. BRI memiliki inkubasi bisnis untuk memberdayakan desa sehingga merasa perlu bermitra dengan pihak akademisi, “contohnya adalah dengan UII ini dalam pemberdayaan desa,” katanya.

Kemudian, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Rektor UII menyampaikan bahwa UII, BRI, dan Kementerian Desa memiliki visi yang beririsan untuk memajukan Indonesia, salah satunya dimulai dari desa. Sejak lama, UII melalui berbagai program, termasuk KKN yang mendampingi desa-desa mitra tumbuh semakin mandiri. “InsyaAllah kita akan membangun peradaban baru Indonesia bermula dari desa,” tuturnya.

Program Desa Brilian 2022

Selanjutnya, Drs. Syahrul, M.Si. sebagai perwakilan dari Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Kemendes PDTT sepakat bahwa ketiga institusi memiliki kesamaan prinsip dan misi. Pihaknya ditugaskan untuk mengawal peningkatan status perkembangan 74 ribu desa di seluruh Indonesia.

“Saat ini kita ditargetkan untuk meningkatkan 25 ribu desa yang masih dalam status tertinggal untuk naik kelas, kemudian ada juga 10 ribu desa yang statusnya berkembang untuk menjadi desa mandiri,” jelasnya. Di sisi lain, ia juga ingin meningkatkan status BUMDes, dari mulai pemula, berkembang, hingga mandiri. Tak lupa, ia turut mengapresiasi gagasan yang dilakukan oleh teman-teman BRI dan difasilitasi oleh UII.

Program Desa Brilian

Dilanjutkan oleh Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc. selaku Direktur DPPK/ST UII menyampaikan materi mengenai Program “Deepening Desa Brilian” Batch-1 Tahun 2022. Objek pemberdayaan dalam program yang akan dibimbing langsung oleh IBISMA UII ini, yaitu perangkat desa, pengurus BUMDes, badan permusyawaratan desa, dan pelaku usaha desa.

Lewat program ini, ia menargetkan BUMDes sebagai motor penggerak ekonomi desa, kemudian digitalisasi dan inovasi desa yang bersifat sustainability. Ia juga menyampaikan bahwa program bertujuan mengoptimalkan seluruh potensi desa secara berkesinambungan.

Desa juga dapat mengaplikasikan/menyusun laporan keuangan serta memanfaatkan layanan keuangan perbankan khususnya BRI. Tidak hanya itu, desa juga didorong memanfaatkan teknologi digital untuk kemajuan serta aktivitas maupun pengelolaan keuangan desa.

Beberapa aktivitas dalam program ini bergerak pada sektor yaitu empowerment, assistance, dan graduation/inagurasi. “Tentunya ini bukan sifatnya menggurui tapi lebih kepada kita belajar bersama bagaimana desa yang sudah memiliki pengalaman yang sangat baik akan bisa kita buat menjadi sesuatu yang lebih baik lagi dengan aktivitas empowerment tadi,” ujarnya.

Sementara silabus utama pada Desa Brilian 2022 ini, yaitu leadership atau kepemimpinan kolaboratif, entrepreneurship atau inovasi usaha desa, digitalisasi usaha desa, kelembagaan atau organisasi dan legalitas, serta manajemen keuangan atau akuntansi dan investasi. “Insya Allah kalau kita punya keinginan dan didukung doa juga, harapannya itu akan bisa membuat proses pengembangan bisnis di BUMDes itu lebih besar dan lebih merata dampaknya ke masyarakat,” pungkasnya.

Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) menyelenggarakan pendampingan kepada tenant Program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) pada Kamis (15/4) secara daring. Agenda tersebut membahas mengenai Pengembangan Produk Alat Kesehatan Berstandar Nasional Indonesia bersama Hary Haryanto dari Direktorat Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Pengembangan Standar Produk Alat Kesehatan

Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan lembaga pemerintah non kementerian. Salah satu tugas BSN adalah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI), namun bukan lembaga sertifikasi SNI. “Karena nanti konflik of interest ya kalau kita yang menerbitkan standar dan kita yang mensertifikasi. Makanya sertifikasi diserahkan oleh lembaga sertifikasi yang menerapkan standar internasional,” ujar Hary.

Hary menambahkan bahwa alat kesehatan menurut Permenkes 62 Tahun 2017 adalah suatu instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

“Perbekalan kesehatan rumah tangga merupakan alat, bahan, atau campuran bahan untuk pemeliharaan dan perawatan untuk kesehatan manusia, yang ditujukan untuk penggunaan di rumah tangga dan fasilitas umum,” tambahnya.

Ia mengemukakan bahwa alat kesehatan (alkes) ini merupakan produk yang sangat ketat terhadap regulasi, karena bicara alkes bicara banyak risiko. Hal ini dapat berpengaruh cara memproduksi dan desain dari alat kesehatannya. Standar alat kesehatan yang akan beredar di ASEAN minimal tersertifikasi oleh ISO 13485.

Hary juga mengatakan bahwa alat kesehatan ini mulai proses penelitian, desain, sampai produk dimusnahkan itu ketat dengan peraturan. Produsen harus memiliki sertifikat produksi dan sertifikat CPAKB. Kemudian, distributor harus memiliki sertifikat distribusi dan sertifikat CDAKB. Produsen dan importir pemilik izin edar bertanggung jawab atas alat kesehatan yang bermutu, aman, dan bermanfaat. Setelah itu, dapat menerbitkan ijin edar oleh Kementerian Kesehatan. Selanjutnya, dilakukan pengawasan terhadap alat kesehatan.

Dalam pemaparannya, Hary mengemukakan tentang risiko alat kesehatan. Alat kesehatan memiliki empat klasifikasi, yaitu kelas A low risk, kelas B low moderate risk, kelas C moderate high risk, dan kelas D high risk. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko alat kesehatan adalah lamanya waktu kontak alat terhadap tubuh, derajat dan tempat masuknya dalam tubuh, kombinasi alat kesehatan. Berikutnya maksud penggunaan sebagai alat diagnosis atau untuk pemeliharaan, efek lokal terhadap sistemik, mekanisme kerja dalam tubuh, efek biologi terhadap tubuh, kontak dengan kulit yang luka, serta kemampuan alat dapat untuk digunakan kembali atau tidak.

BSN sendiri telah menetapkan 294 SNI tentang alat kesehatan yang disusun secara aktif oleh 9 Komite Teknik. Sebelum itu, ada beberapa dokumen yang harus dimiliki sebelum SNI, yaitu sertifikat produksi, ijin edar, dan sertifikat CPAKB. Standar terkait manajemen risiko alat kesehatan ini adalah SNI ISO 14971, Seri SNI ISO 10993, Seri SNI IEC 60601, dan IEC 62304:2006.

Hary menggambarkan secara piramida terbalik, alat kesehatan memiliki banyak standar. Pertama, vertical standards isinya mengatur aspek keselamatan dan kinerja dari setiap produk alat kesehatan dan/atau proses. Contohnya, SNI untuk inkubator bayi, tempat tidur pasien, alat suntik sekali pakai, masker medis, sarung tangan bedah, dan lainnya. Kemudian, semi horizontal standards berisi aspek yang dapat diterapkan untuk kelompok (family) dari produk alat kesehatan yang serupa dan/atau proses yang mengacu kepada standar dasar. Contohnya adalah Seri SNI IEC 60601, Seri SNI ISO 10993, dan SNI ISO 11135-1.

Selanjutnya, horizontal standards ini isinya tentnag konsep fundamental, prinsip dan persyaratan yang dapat diterapkan untuk sebagian besar produk alat kesehatan dan/atau proses. Contohnya, SNI 13485, SNI ISO 14971, dan ISO 14155. “Nah ini secara gambaran kira-kira standar apa saja yang harus dipelajari,” tutur Hary.

Pendampingan UBIC 8.0 Tahap 2

UII Business & Innovation Challenge (UBIC) merupakan salah satu program yang menjadi upaya Inkubator BIsnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) dalam melakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan inovasi teknologi.

Berdasarkan hasil penilaian dewan juri telah diumumkan 28 tenant yang berhasil lolos seleksi proposal pada UBIC 8.0. Peserta yang lolos telah mengikuti pendampingan tahap 1 pada bulan Maret 2022.

Selanjutnya, para peserta mengikuti pendampingan UBIC 8.0 tahap 2 dimulai pada tanggal 29, 30, dan 31 Maret 2022 yang dilaksanakan secara Hybrid melalui zoom dan berada langsung di Gedung Simpul Tumbuh UII. Sebanyak 28 tenant yang mengikuti pendampingan ini mendapatkan beberapa materi sebagai penunjang perkembangan bisnisnya. Pendampingan ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Non TIK.

Pendampingan hari pertama pada Selasa, 29 Maret 2022, para peserta mendapatkan materi pelatihan TIK mengenai TRIZ, Agile & Scrum Development Process, UI/UX (MVP & Prototyping), serta Product Fit Market (Testing).  Kemudian, materi mengenai Desain Produk dan workshop. Lalu, materi Produk Validasi juga workshop. Sedangkan, pelatihan Non TIK membahas materi tentang TRIZ, Manajemen Operasional (SOP & HPP), Standarisasi Mutu (QC & HACCP), dan Manajemen Produktifitas (5S & K3) serta dilanjutkan dengan Workshop 5S.

Pada Rabu, 30 Maret 2022 membahas tentang materi WA Business dan Workshop Profil Usaha dan melakukan pitch deck. Selanjutnya untuk materi pelatihan TIK user needs/voice of customer – voice of engineer, serta pendampingan B2C Software Sequence. Sedangkan untuk pelatihan Non TIK mendapat pendampingan pembuatan laporan keuangan (BS, IS, CF) dan onboarding E-Commerce.

Kamis, 31 Maret 2022, pendampingan UBIC 8.0 tahap 2 ini ditutup dengan materi Branding (Value, Guideline, Packaging, dll), Website dasar dan pengembangan (landing page dan company profile), serta pelatihan Digital Marketing (Youtube, IG, & TikTok).

Setelah pendampingan tahap 2 ini akan diadakan pendampingan tahap 3 pada tanggal 31 Mei hingga 3 Juni 2022. Selanjutnya akan diumumkan tenant yang akan menerima pendanaan pada UBIC 8.0 ini.

Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh Universitas Islam Indonesia (DPPK/ST UII) melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) for Gap Analysis Erasmus ASEAN Network for Green Entrepreneurship and Leadership (ANGEL) pada Jumat (1/4) secara virtual. Acara ini dilaksanakan untuk melakukan diskusi terarah tentang Gap Analysis Green Entrepreneurship and Leadership bersama perwakilan universitas, fakultas, jurusan, dan mahasiswa serta komunitas.

Gap Analysis Green Entrepreneurship and Leadership

Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo dalam sambutannya menyampaikan bahwa Erasmus ANGEL ini adalah salah satu dari lima proyek Erasmus yang dijalankan UII dalam lima tahun terakhir dan berfokus pada Green Entrepreneurship. “Bagi UII program Erasmus ini merupakan salah satu strategi untuk pengembangan jaringan internasional sekaligus domestik,” ujarnya. Terdapat lima negara ASEAN yang terlibat dalam Erasmus ANGEL, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Laos.

Ia juga menyampaikan mengenai salah satu tangible outcome dari program ini adalah terbentuknya ANGEL Innovation Unit seperti Simpul Tumbuh yang lebih menekankan pada Green Entrepreneurship. Unit ini akan mengawal keberlanjutan proyek ANGEL ini, jadi program Erasmus + Capacity Building in the field of Higher Education selalu diakhiri dengan pembentukan jaringan atau unit untuk menjamin keberlanjutan dari program yang berkesinambungan. “Nah kesinambungan inilah yang perlu kita pikirkan bersama bagaimana nantinya, barangkali ini bisa menjadi bagian dari diskusi kita siang ini,” lanjutnya. Diskusi siang ini diharapkan dapat menggalang masukan bagaimana pengembangan wirausaha yang ramah lingkungan yang juga dapat menjadi bagian dari kurikulum yang kita jalankan.

Selanjutnya, Direktur DPPK/ST, Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc. menyampaikan batasan-batasan pembahasan yang akan didiskusikan pada FGD kali ini. Ia mengatakan bahwa sebagai sebuah network kita mendorong Green Entrepreneurship and Leadership yang sudah dilakukan selama setahun ini, “tahapan-tahapan penting yang perlu sekali untuk melaju berikutnya adalah gap analysis,” ujarnya.

Simpul Tumbuh sudah banyak melakukan upaya untuk menguatkan akar, menjulangkan inovasi, dan menghasilkan buah. Buah yang diharapkan tidak hanya buah finansial dan ekonomi, namun buah yang lebih lebat lagi dan berjangka panjang, yaitu Green Entrepreneurship and Leadership. Erasmus+ sudah dilakukan sejak 2016 dengan berbagai macam Erasmus+ sudah dijalankan dan sedang dijalankan. “Ini yang sebenarnya akan menjadi pijakan penting hari ini adalah sejauh mana kita akan mengisi gap yang bapak ibu semua rasakan baik di fakultas, prodi, jurusan, kemudian juga di teman-teman mahasiswa,” lanjutnya.

Dalam FGD ini terdapat pertanyaan khusus yang disampaikan untuk pihak universitas dan fakultas, kemudian untuk mahasiswa hingga komunitas. Pertanyaan yang ditujukan kepada pihak universitas dan fakultas ini menyangkut tentang dukungan saat ini terhadap keadaan Green Entrepreneurship and Leadership pada kurikulum dan staf pengajar kemudian kesulitan dan tantangan yang dihadapi. Selanjutnya pertanyaan terkait dengan mahasiswa/komunitas sejauh mana exposure dari Green Entrepreneurship and Leadership, kemudian sejauh mana konsep ini dipahami dan darimana sumbernya hingga sejauh mana mahasiswa/komunitas mempunyai komitmen terhadap Green Entrepreneurship and Leadership dan tantangan maupun ekspektasi apa yang diharapkan mahasiswa/komunitas.

Selama sesi FGD berlangsung banyak ide-ide, masukan, dan ekspektasi yang diharapkan oleh universitas, fakultas, mahasiswa, dan komunitas. Semuanya memiliki concern untuk mencapai Green Entrepreneurship and Leadership.

Pendampingan UBIC 8.0 Tahap 1

Inkubator BIsnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) berupaya melakukan berbagai program kegiatan yang terkait dengan inovasi teknologi. Salah satunya adalah Program Inkubasi Bisnis IBISMA UII, yaitu UII Business & Innovation Challenge (UBIC).

Berdasarkan hasil penilaian dewan juri telah diumumkan 28 tenant yang berhasil lolos seleksi proposal pada UBIC 8.0. Peserta yang lolos selanjutnya mengikuti pendampingan tahap 1 pada bulan Maret 2022.

Pendampingan UBIC 8.0 tahap 1 dimulai pada tanggal 2, 4, dan 5 Maret 2022 yang dilaksanakan secara Hybrid melalui zoom dan berada langsung di Gedung Simpul Tumbuh UII. Sebanyak 28 tenant yang mengikuti pendampingan ini mendapatkan beberapa materi sebagai penunjang perkembangan bisnisnya.

Rabu, 2 Maret 2022, para peserta mendapatkan materi mengenai Entrepreneur dan Growth Mindset dilanjutkan dengan workshop.  Kemudian, materi mengenai Desain Produk dan workshop. Lalu, materi Produk Validasi juga workshop.

Pendampingan hari kedua, pada Jumat, 4 Maret 2022 membahas tentang materi Business Model (VPC dan BMC) dan Manajemen Tim serta pada masing-masing materi juga diadakan workshop.

Hari terakhir, Sabtu, 5 Maret 2022, pendampingan UBIC 8.0 tahap 1 ini ditutup dengan materi Legalitas dan HKI yang diadakan secara daring melalui zoom.

Setelah pendampingan tahap 1 ini akan diadakan pendampingan tahap 2 pada tanggal 29 hingga 31 Maret 2022

Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) berupaya melakukan berbagai program kegiatan yang terkait dengan inovasi teknologi. Salah satunya adalah Program Inkubasi Bisnis IBISMA UII, yaitu UII Bussiness & Innovation Challenge (UBIC).

Pendaftaran yang dibuka pada bulan Januari 2022 ini telah melewati proses seleksi proposal bisnis. Berdasarkan hasil seleksi dan penilaian oleh dewan juri, maka ditetapkan 28 tenant yang berhasil lolos seleksi proposal.

Pengumuman Seleksi Proposal UBIC 8.0

Selamat, kami ucapkan kepada para peserta yang berhasil lolos seleksi proposal pada UBIC 8.0 dan akan mengikuti pendampingan tahap 1 pada bulan Maret 2022.

IBISMA UII mengucapkan terima kasih atas partisipasi peserta yang telah mengirimkan proposal bisnis terbaiknya. Kami harap program ini dapat membentuk pengusaha muda yang memiliki keunggulan dalam inovasi bisnis atau teknologi, kemandirian dan profesionalisme, serta mampu berkontribusi secara signifikan dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia.

Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama (IBISMA) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali mengadakan pendampingan kepada tenant Program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) langsung di Gedung Simpul Tumbuh dan ditayangkan melalui zoom. Pendampingan pada Kamis (24/02) kali ini membahas mengenai Sertifikasi Halal Produk. Materi ini dibawakan oleh pengurus MUI Sleman DIY, Dr. H. Nur Kholis, S.Ag., S.E.I., M.Sh.Ec.

Sertifikasi Halal

Bapak Nur Kholis mengawali materinya dengan memberikan kata mutiara dari Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin, “sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya dapat menjadi produsen produk halal untuk kebutuhan pasar domestik,” bunyinya.

Ia juga melanjutkan dengan kata mutiara dari Pesiden RI, Joko Widodo, “kita jadikan industri halal sebagai motor pertumbuhan ekonomi, ladang kreativitas, dan produktivitas generasi-generasi muda kita, agar bisa menjadikannya sebagai sumber kesejahteraan umat,” lanjutnya.

Ia menyampaikan bahwa pada akhir 2021, berkaitan dalam Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) sudah dialihkan langsung ke Kementerian Agama, “jadi kalau panjenengan ngurus halal ini mesti ga bisa ke MUI lagi,” katanya. MUI hanya menjadi lembaga pemeriksaan saja. Kemudian, produk halal wajib memakai logo halalnya.

Menurut Nur Kholis, alur proses sertifikasi halal sudah lebih sederhana dibanding sebelumnya. Pelaku usaha dapat mendaftarkan diri melalui website halal.go.id, kemudian Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) memerikasa kelengkapan dokumen dan menetapkan Lembaga Pemeriksa Halal (LPH). Setelah itu, LPH memeriksa dan menguji kehalalan produk. Lalu MUI akan menetapkan kehalalan produk melalui Sidang Fatwa Halal dan BPJH akan menerbitkan sertifikan halal. “Pendaftarannya nanti semuanya online,” tegasnya.

Produk berupa barang yang diwajibkan memiliki sertifikat halal adalah makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, barang yang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk berupa jasa juga memiliki kewajiban bersertifikat halal, seperti jasa yang berkaitan dengan penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian.

Menurut Undang-undang di Indonesia produk makanan dan minuman harus memiliki sertifikasi halal yang hanya berlaku selama 5 tahun. Sedangkan untuk non makanan dan minuman yang diharuskan memiliki sertifikasi halal adalah obat, produk biologi termasuk vaksin, alat kesehatan, PKRT, non obat, non produk biologi, non alat kesehatan dan non PKRT. Produk non makanan dan minuman ini memiliki jangka waktu sertifikasi halal yang berbeda-beda.

Ia juga menjelaskan peraturan untuk produk yang tidak halal, “kalau produk yang tidak halal itu harus menyebut tidak halal, baik berupa gambar, tanda, dan tulisan yang dicantumkan pada kemasan produk, bagian tertentu produk, dan tempat tertentu pada produk,” jelasnya.

Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama (IBISMA) Universitas Islam Indonesia (UII) melakukan sosialisasi mengenai izin produk kosmetik dan pangan pada Rabu (17/2). Sosialisasi ini disiarkan melalui zoom yang berlangsung dari Gedung Simpul Tumbuh bersama Reny Mailia, SKM., M.Sc. dan tujuh tenant penerima pendanaan Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT).

BPOM Kosmetik dan Pangan

Tidak hanya pangan, kosmetik juga membutuhkan BPOM. Adanya BPOM dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk. Reny Mailia, SKM., M.Sc. selaku Koordinator Kelompok Substansi Pemeriksaan BPOM DIY memberikan materi mengenai Izin BPOM Kosmetik & Pangan sebagai pendampingan kepada tujuh tenant IBISMA penerima pendanaan CPPBT.

Reny mengatakan bahwa menurut undang-undang semua produk yang beredar harus memiliki izin edar, namun ada beberapa yang tidak harus memiliki izin edar, “tetapi untuk kosmetik harus memiliki izin edar,” ujarnya. Hal tersebut juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing.

Ia melanjutkan bahwa nomor induk berusaha (NIB) merupakan salah satu akses untuk memasuki berbagai laman perizinan akun badan penanaman modal. Sertifikat CPKB juga merupakan syarat untuk mengajukan permohonan notifikasi, “notifikasi adalah bentuk dari izin edarnya kosmetik,” lanjutnya. Notifikasi ini hanya berlaku selama 3 tahun, “berbeda dengan izin edar produk lainnya itu bisa 5 tahun,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan bahwa izin edar kosmetik dan pangan itu perbedaannya terdapat pada alur penerbitan izin penerapan CPPOB produsen UMK pangan, di mana hal tersebut terdiri dari risiko rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi.

Reny menginformasikan bahwa saat ini semua perizinan selama rekomendasi yang dibuatkan oleh BPOM harus masuk ke e-sertifikasi.pom.go.id untuk melengkapi persyaratan pengajuan permohonan layanan. “Jadi semua perizinan sekarang sudah by online,” ujarnya. Harapannya tidak ada lagi pengajuan melalui pihak ketiga untuk menghindari penipuan.

Koordinator Kelompok Substansi Pemeriksaan BPOM DIY telah menyampaikan dan menyelesaikan sesi materi, lalu dilanjutkan dengan sesi focus group discussion (FGD). Pada sesi FGD ini tujuh tenant mulai melakukan diskusi bersama para mentor untuk membahas lebih lanjut terkait perizinan terhadap masing-masing produknya.