Berita Terbaru

, , , , , ,

Asdep Inkubasi dan Digitalisasi Wirausaha Kementerian UMKM dan Inkubator IBISMA UII Mendukung Inkubator UMKM Makassar menjadi Entrepreneur Hub se-Indonesia Timur

Makassar, 29 Agustus 2025 – Di sela-sela rangkaian kegiatan seleksi nasional Startup Acceleration Program (SAP) 2025 dengan tema Investment-Ready, Industry-Linked & Impact-Driven yang digelar Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah…
, , , , , ,

KemenUMKM RI Buka Seleksi Nasional “Startup Acceleration Program 2025”: Lintas-Sektor, Siap Investasi, Terhubung Industri, dan Berdampak

Makassar, 27 Agustus 2025 – Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah RI menggelar seleksi nasional Startup Acceleration Program (SAP) 2025 dengan tema Investment-Ready, Industry-Linked & Impact-Driven. Program ini menargetkan wirausaha…
, , , , , ,

Universitas Islam Indonesia dan Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia Dukung Penuh Rangkaian “Startup Acceleration Program 2025” Kementerian UMKM RI

Makassar, 27 Agustus 2025 – Universitas Islam Indonesia dan Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia mendukung penuh “Startup Acceleration program 2025” yang diusung oleh Kementerian UMKM RI. Rangkaian program akselerasi startup skala nasional…

Semua Berita

Pelaksanaan Program Deepening Desa Brilian 2022 Batch-1

Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh Universitas Islam Indonesia (DPPK/ST UII) telah menyelenggarakan Program Deepening Desa Brilian BRI 2022 Batch-1. Selanjutnya, program tersebut dikelola langsung oleh Inkubator Bisnis dan Teknologi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII). Program ini merupakan kolaborasi dengan PT. Bank Rakat Indonesia (Persero), Tbk yang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari April hingga Juni 2022. Program tersebut diikuti oleh 87 Desa di Wilayah Provinsi DIY & Provinsi Jawa Tengah. Objek pemberdayaan dalam program ini, yaitu perangkat desa, pengurus BUMDes, badan permusyawaratan desa, dan pelaku usaha desa. Selama proses pendampingan pada program ini, para peserta dibagi menjadi dua kelas. Kelas dibagi berdasarkan dari hasil pengerjaan soal pre-test. Pelaksanaan Program Deepening Desa Brilian 2022 Batch-1 ini memiliki delapan topik yang dijadikan materi untuk pendampingan kepada para peserta. Materi pertama dilaksanakan pada 13 Mei 2022 untuk kelas A dan 19 Mei 2022 untuk kelas B dengan topik Leadership dan sub-topik kompetensi kepemimpinan & socio-entrepreneurship. Kemudian, materi kedua dan ketiga memiliki topik yang sama, yaitu entrepreneurship. Materi kedua yang dilaksanakan pada 20 Mei 2022 dengan sub-topik mengeksplorasi proposisis nilai, sedangkan materi ketiga dilaksanakan pada 24 Mei 2022 yang berfokus mengakselerasi model bisnis. Selanjutnya, topik digitalisasi yang disampaikan pada materi keempat dan kelima, namun dengan sub-topik yang berbeda. Materi keempat dilaksanakan pada 27 Mei 2022 dengan sub-topik penerapan berbagai teknologi digital dalam bisnis, sedangkan materi kelima membahas tentang optimalisasi e-commerce & e-procurement yang dilaksanakan pada 2 Juni 2022. Kelembagaan BUMDes merupakan topik dari materi keenam yang dilaksanakan pada 10 Juni 2022 dengan sub-topik optimalisasi manajemen & inovasi kelembagaan BUMDes. Lalu, pada materi ketujuh dan kedelapan membahas topik manajemen keuangan dengan fokus yang berbeda. Materi ketujuh dilaksanakan pada 13 Juni 2022 dengan sub-topik penyusunan dan penerapan laporan keuangan, sedangkan pada 17 Juni 2022 dilaksanakan materi kedelapan dengan sub-topik pengelolaan keuangan bisnis & anggaran dana desa. Setiap sesi materi selesai, para peserta menjawab soal post-test yang akan digunakan untuk pemilihan 3 desa terbaik. Hasil pemilihan tersebut akan diumumkan pada saat acara inagurasi pada tanggal 24 Juni 2022.

Sosialisasi Penyakit Diabetes Melitus dan Launching Produk IDEMES

Tim IDEMES mengadakan acara sosialisasi tentang Diabetes Melitus (DM) dan launching produk IDEMES sebagai salah satu kegiatan pendanaan hibah CPPBT 2020 pada Sabtu (11/06). Acara tersebut dihadiri oleh kepala IBISMA UII, narasumber dr. Nuur Naafi Uloh M.Sc., S.Pk., penderita DM, serta masyarakat umum dengan jumlah peserta 30 orang di Hotel The Rich Jogja. Sosialisasi Diabetes Melitus DM menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular yang semakin banyak pengidapnya. Menurut International Diabetes Federation Federation Tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke tujuh untuk prelevansi penderita diabetes tertinggi di dunia. Ironisnya, dua pertiga penderitanya tidak tahu mereka memiliki diabetes. Salah satu tenant IBISMA yang mendapatkan pendanaan hibah CPPBT Kemendikbud 2020 adalah IDEMES yang menciptakan produk yang dapat mengontrol asupan gula pasir harian yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan Indonesia, yaitu maksimal 50 gram per hari. Alat ini teritegrasi dengan smartphone sebagai fitur pengingat batasannya dan juga sebagai cara membiasakan diri untuk hidup sehat. Hal ini dikarenakan batasan konsumsi gula pasir harian yang ada terabaikan karena ketidaktahuan masyarakat Indonesia sendiri tentang itu dan tidak ada alat untuk kontrolnya, hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan khususnya DM. Launching IDEMES Halida Ulfah, CEO dari IDEMES adalah Mahasiswa Universitas Islam Indonesia Jurusan Teknik Industri Angkatan 2017. Ia menceritakan bagaimana IDEMES dapat terbentuk. Awal mulanya ia tidak berfikir akan menjadi seorang pengusaha/wirausaha dalam produk seperti ini dikarenakan ide ini muncul ketika ia dan dua orang temannya hanya berminat mengikuti perlombaan Inovasi Teknologi atau LEVITASI 2018 yang diadakan oleh Fakultas Teknologi Industri. Kemudian pada tahun 2019 ia berkesempatan diliput oleh berbagai media dan disiarkan disalah satu stasiun televisi nasional untuk menjelaskan IDEMES kepada publik. Dari sanalah IDEMES mulai dikenal oleh orang luar. Hingga pada tahun 2020 mereka diundang untuk menjadi narasumber di program Laptop SiUnyil Trans 7. Semakin dikenalnya IDEMES maka mereka bercita-cita untuk memproduksi dan menjual produk IDEMES agar manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh Masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu sebelum melakukan produksi dan penjualan, mereka melakukan riset lebih lanjut mengenai IDEMES dengan mengikuti Program Inkubasi yang ada di Universitas Islam Indonesia yang bernama UBIC 6.0 di bawah naungan IBISMA. Dampak terbesar yang dirasakan setelah mengikuti program inkubasi ini adalah mereka bisa redesign prototype yang masih terdapat kendala dalam hal keakuratan sensor kadar gula darahnya, melakukan pengujian terkait etik kedokteran produk kesehatan, serta redesign aplikasi yang lebih friendly. Saat ini, produk IDEMES juga sudah di launching bersamaan dengan dilakukannya pengecekan gula darah secara gratis.

Pendampingan UBIC 8.0 Tahap 3

Berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII), salah satunya adalah UII Business & Innovation Challenge (UBIC) menjadi upaya dalam melakukan berbagai inovasi teknologi. Berdasarkan hasil penilaian dewan juri telah diumumkan 28 tenant yang berhasil lolos seleksi proposal pada UBIC 8.0. Peserta yang lolos telah mengikuti pendampingan tahap 1 pada bulan Maret 2022. Selanjutnya, para peserta mengikuti pendampingan UBIC 8.0 tahap 2 dimulai pada tanggal 29, 30, dan 31 Maret 2022 yang dilaksanakan secara Hybrid melalui zoom dan berada langsung di Gedung Simpul Tumbuh UII. Sebanyak 28 tenant yang mengikuti pendampingan ini mendapatkan beberapa materi sebagai penunjang perkembangan bisnisnya. Kemudian, peserta mengikuti pendampingan tahap 3 sebagai pendampingan terakhir pada tanggal 31 Mei, 2 hingga 3 Juni 2022. Pendampingan ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Non TIK. Pendampingan hari pertama pada Selasa, 31 Mei 2022, para peserta mendapatkan materi pelatihan TIK mengenai Key Metrics Analysis, Investmen Pitch, Customer Development, serta Pengelolaan dan Manajemen Konten Website. Sedangkan, pelatihan Non TIK membahas materi tentang Persiapan Ekspor. Pada Kamis, 2 Juni 2022 membahas tentang materi Komunikasi Bisnis, Optimasi Iklan (Facebook, Instagram, dan Marketplace), Copy Writing & Content, serta SEO & Google Ads. Kamis, 3 Juni 2022, pendampingan UBIC 8.0 tahap 3 ini ditutup dengan materi Analisa Laporan Keuangan (Financial Metrics), Valuasi Perusahaan (Startup & UMKM), Business Plan, serta Akselerasi Bisnis. Pada program UBIC 8.0 ini peserta akan mendapatkan pendanaan sebesar 200 juta. Selama pendampingan berlangsung para peserta kembali diseleksi untuk mendapatkan pendanaan. Berdasarkan hasil seleksi, diperoleh 17 peserta yang berhasil lolos mendapatkan pendanaan.

Program Desa Brilian 2022

Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh Universitas Islam Indonesia (DPPK/ST UII) mengadakan acara Kick-off “Deepening Desa Brilian BRI 2022” Batch-1. Acara yang merupakan program kolaborasi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. ini berlangsung pada Selasa (26/4) secara daring. Program ini dilaksanakan selama tiga bulan ke depan dari April hingga Juni 2022 yang diikuti oleh 87 Desa di Wilayah Provinsi DIY & Provinsi Jawa Tengah. Arif Satria selaku Assistant Vice President of Social Entrepreneurship & Incubation Division BRI menyampaikan bahwa pihaknya peduli pada segmen UMKM. BRI memiliki inkubasi bisnis untuk memberdayakan desa sehingga merasa perlu bermitra dengan pihak akademisi, “contohnya adalah dengan UII ini dalam pemberdayaan desa,” katanya. Kemudian, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Rektor UII menyampaikan bahwa UII, BRI, dan Kementerian Desa memiliki visi yang beririsan untuk memajukan Indonesia, salah satunya dimulai dari desa. Sejak lama, UII melalui berbagai program, termasuk KKN yang mendampingi desa-desa mitra tumbuh semakin mandiri. “InsyaAllah kita akan membangun peradaban baru Indonesia bermula dari desa,” tuturnya. Selanjutnya, Drs. Syahrul, M.Si. sebagai perwakilan dari Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Kemendes PDTT sepakat bahwa ketiga institusi memiliki kesamaan prinsip dan misi. Pihaknya ditugaskan untuk mengawal peningkatan status perkembangan 74 ribu desa di seluruh Indonesia. “Saat ini kita ditargetkan untuk meningkatkan 25 ribu desa yang masih dalam status tertinggal untuk naik kelas, kemudian ada juga 10 ribu desa yang statusnya berkembang untuk menjadi desa mandiri,” jelasnya. Di sisi lain, ia juga ingin meningkatkan status BUMDes, dari mulai pemula, berkembang, hingga mandiri. Tak lupa, ia turut mengapresiasi gagasan yang dilakukan oleh teman-teman BRI dan difasilitasi oleh UII. Program Desa Brilian Dilanjutkan oleh Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc. selaku Direktur DPPK/ST UII menyampaikan materi mengenai Program “Deepening Desa Brilian” Batch-1 Tahun 2022. Objek pemberdayaan dalam program yang akan dibimbing langsung oleh IBISMA UII ini, yaitu perangkat desa, pengurus BUMDes, badan permusyawaratan desa, dan pelaku usaha desa. Lewat program ini, ia menargetkan BUMDes sebagai motor penggerak ekonomi desa, kemudian digitalisasi dan inovasi desa yang bersifat sustainability. Ia juga menyampaikan bahwa program bertujuan mengoptimalkan seluruh potensi desa secara berkesinambungan. Desa juga dapat mengaplikasikan/menyusun laporan keuangan serta memanfaatkan layanan keuangan perbankan khususnya BRI. Tidak hanya itu, desa juga didorong memanfaatkan teknologi digital untuk kemajuan serta aktivitas maupun pengelolaan keuangan desa. Beberapa aktivitas dalam program ini bergerak pada sektor yaitu empowerment, assistance, dan graduation/inagurasi. “Tentunya ini bukan sifatnya menggurui tapi lebih kepada kita belajar bersama bagaimana desa yang sudah memiliki pengalaman yang sangat baik akan bisa kita buat menjadi sesuatu yang lebih baik lagi dengan aktivitas empowerment tadi,” ujarnya. Sementara silabus utama pada Desa Brilian 2022 ini, yaitu leadership atau kepemimpinan kolaboratif, entrepreneurship atau inovasi usaha desa, digitalisasi usaha desa, kelembagaan atau organisasi dan legalitas, serta manajemen keuangan atau akuntansi dan investasi. “Insya Allah kalau kita punya keinginan dan didukung doa juga, harapannya itu akan bisa membuat proses pengembangan bisnis di BUMDes itu lebih besar dan lebih merata dampaknya ke masyarakat,” pungkasnya.

Pengembangan SNI Alat Kesehatan

Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) menyelenggarakan pendampingan kepada tenant Program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) pada Kamis (15/4) secara daring. Agenda tersebut membahas mengenai Pengembangan Produk Alat Kesehatan Berstandar Nasional Indonesia bersama Hary Haryanto dari Direktorat Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional (BSN). Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan lembaga pemerintah non kementerian. Salah satu tugas BSN adalah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI), namun bukan lembaga sertifikasi SNI. “Karena nanti konflik of interest ya kalau kita yang menerbitkan standar dan kita yang mensertifikasi. Makanya sertifikasi diserahkan oleh lembaga sertifikasi yang menerapkan standar internasional,” ujar Hary. Hary menambahkan bahwa alat kesehatan menurut Permenkes 62 Tahun 2017 adalah suatu instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. “Perbekalan kesehatan rumah tangga merupakan alat, bahan, atau campuran bahan untuk pemeliharaan dan perawatan untuk kesehatan manusia, yang ditujukan untuk penggunaan di rumah tangga dan fasilitas umum,” tambahnya. Ia mengemukakan bahwa alat kesehatan (alkes) ini merupakan produk yang sangat ketat terhadap regulasi, karena bicara alkes bicara banyak risiko. Hal ini dapat berpengaruh cara memproduksi dan desain dari alat kesehatannya. Standar alat kesehatan yang akan beredar di ASEAN minimal tersertifikasi oleh ISO 13485. Hary juga mengatakan bahwa alat kesehatan ini mulai proses penelitian, desain, sampai produk dimusnahkan itu ketat dengan peraturan. Produsen harus memiliki sertifikat produksi dan sertifikat CPAKB. Kemudian, distributor harus memiliki sertifikat distribusi dan sertifikat CDAKB. Produsen dan importir pemilik izin edar bertanggung jawab atas alat kesehatan yang bermutu, aman, dan bermanfaat. Setelah itu, dapat menerbitkan ijin edar oleh Kementerian Kesehatan. Selanjutnya, dilakukan pengawasan terhadap alat kesehatan. Dalam pemaparannya, Hary mengemukakan tentang risiko alat kesehatan. Alat kesehatan memiliki empat klasifikasi, yaitu kelas A low risk, kelas B low moderate risk, kelas C moderate high risk, dan kelas D high risk. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko alat kesehatan adalah lamanya waktu kontak alat terhadap tubuh, derajat dan tempat masuknya dalam tubuh, kombinasi alat kesehatan. Berikutnya maksud penggunaan sebagai alat diagnosis atau untuk pemeliharaan, efek lokal terhadap sistemik, mekanisme kerja dalam tubuh, efek biologi terhadap tubuh, kontak dengan kulit yang luka, serta kemampuan alat dapat untuk digunakan kembali atau tidak. BSN sendiri telah menetapkan 294 SNI tentang alat kesehatan yang disusun secara aktif oleh 9 Komite Teknik. Sebelum itu, ada beberapa dokumen yang harus dimiliki sebelum SNI, yaitu sertifikat produksi, ijin edar, dan sertifikat CPAKB. Standar terkait manajemen risiko alat kesehatan ini adalah SNI ISO 14971, Seri SNI ISO 10993, Seri SNI IEC 60601, dan IEC 62304:2006. Hary menggambarkan secara piramida terbalik, alat kesehatan memiliki banyak standar. Pertama, vertical standards isinya mengatur aspek keselamatan dan kinerja dari setiap produk alat kesehatan dan/atau proses. Contohnya, SNI untuk inkubator bayi, tempat tidur pasien, alat suntik sekali pakai, masker medis, sarung tangan bedah, dan lainnya. Kemudian, semi horizontal standards berisi aspek yang dapat diterapkan untuk kelompok (family) dari produk alat kesehatan yang serupa dan/atau proses yang mengacu kepada standar dasar. Contohnya adalah Seri SNI IEC 60601, Seri SNI ISO 10993, dan SNI ISO 11135-1. Selanjutnya, horizontal standards ini isinya tentnag konsep fundamental, prinsip dan persyaratan yang dapat diterapkan untuk sebagian besar produk alat kesehatan dan/atau proses. Contohnya, SNI 13485, SNI ISO 14971, dan ISO 14155. “Nah ini secara gambaran kira-kira standar apa saja yang harus dipelajari,” tutur Hary.