Berita Terbaru

, , ,

IBISMA UII Dalam Mendorong Akselerasi Bisnis Startup Mitra, Workshop dan FGD Sebagai Upaya Kolaboratif Bersama FEB UNS

Masalah ekonomi menjadi isu serius yang sedang dihadapi oleh Indonesia. Tantangan masa depan yang semakin dinamis menjadikan segala hal sangat sulit diprediksi. Perguruan tinggi merupakan salah satu elemen penting yang berkontribusi…
, , ,

Kembangkan Potensi UMKM, Program Inkubator Bisnis UKM Naik Kelas Tahap 2 Digelar

Program UMKM Naik Kelas ini merupakan salah satu langkah nyata untuk meningkatkan kualitas koperasi dan UMKM di Yogyakarta. Program ini diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop) Daerah Istimewa Yogyakarta…
, , ,

Melalui PINOTI, POPTIKJI Perkuat Pondasi Industri Kecil dan Menengah (IKM)

  Program Penguatan Industri Melalui Optimalisasi Teknologi (PINOTI) kembali diadakan pada Senin-Rabu (13-16/5) di Hilton Garden Inn Bali. Program yang diselenggarakan oleh  Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan…

Semua Berita

Digital Marketing Era Pandemi

Inkubasi Bisnis & Inovasi Bersama (IBISMA) menyelenggarakan IBISMA Growth Academy (IGA) 2021 dengan tema “Digital Marketing Trends 2021” pada Jumat (30/7) bersama tenant IBISMA UBIC 7.0. Materi kali ini disampaikan oleh Rininta Hanum S.T., M.Eng. selaku Ketua Program Inkubasi IBISMA dan Co-Founder My Heartbeat. “Saya yakin teman-teman sudah banyak sekali mengikuti kelas digital marketing, tetapi kali ini saya cuma mengingatkan lagi terkait digital marketing era pandemi ini,” tuturnya sebelum menyampaikan materi. Apa itu digital marketing? Rininta mengawali dengan membahas tentang arti dari digital marketing. Digital marketing adalah promosi yang dilakukan secara online melalui gadget. Empat poin penting marketing Ia menjelaskan mengenai empat poin penting dari marketing, yaitu consistency, creativity, clarity, dan customer. Consistency, yaitu tentang visi. “Teman-teman coba mengingat lagi produk/jasa yang kalian buat itu apa sih visinya,” ujarnya. Visi itu akan membuat bisnis kita lebih terarah. Creativity, yaitu tentang melakukan sesuatu agar orang lain mengetahui bisnis kita. “Apa sih yang kita lakukan supaya orang itu tahu kalau kita ada? Itu penting sekali,” ucapnya. Jadi berbisnis bukan sekadar membuat produk, membuat media sosial, foto-foto cantik, lalu diposting. “Orang ga bakal tahu kita ada, guys. Gimana supaya orang tahu kalau kita ada?” lanjutnya. Oleh karena itu, kita harus melakukan kreativitas, misalnya mengirim produk ke teman-teman atau influencer yang tepat sesuai target pasar dan meminta bantuan mereka untuk memposting atau mempromosikan produk kita. Setidaknya cara seperti itu bisa mengenalkan produk kita secara lebih luas. Clarity, yaitu pesan yang ingin disampaikan dari produk kita. Jadi, dengan menyampaikan pesan dari produk secara jelas akan memudahkan dalam membuat konten digital, campaign, kolaborasi, dan lainnya. Customer, yaitu fokus kepada kebutuhan pelanggan. Kita harus membuat pelanggan merasa puas dan terus membutuhkan produk kita. Empat pilar marketing Rininta mengingatkan kembali tentang empat pilar marketing, yaitu Google, social media, SEO, dan offline. “Alasan offline tetap saya masukkan karena menurut buku Pak Hermawa Kertajaya bahwa omni marketing itu tetap harus kita lakukan,” jelasnya. Omni marketing adalah strategi marketing lintas platform antara online dan offline. Apa sih strategi digital terbaik di era pandemi ini? Sudah hampir dua tahun kita berkutat dengan pandemi. Co-Founder My Heartbeat ini juga akan membagikan pengalamannya dalam melakukan strategi digital marketing era pandemi pada bisnisnya. Timnya membuat campaign tentang “You Stay Safe at Home, We Deliver the Goodness” kemudian menyediakan paket langganan isoman sehat. Kita harus bisa beradaptasi dengan kondisi sekarang dengan menyesuaikan kebutuhan pelanggan. Digital marketing trends 2021, yaitu adoption of AI/ML technologies, core web vitals update by Google, emphasis on local, focus on intent, mobile friendliness, dan supporting covid/green initiatives. Contoh dari penerapan teknologi, seperti chatbot, auto content generator, programmatic advertising, dan analytics. Para UMKM atau produk lokal telah mengoptimalkan penggunaan Google My Business dan semakin banyak kompetitor dalam berbisnis. Konsumen juga sudah lebih mendukung bisnis kecil. “Di era pandemi ini, kolaborasi itu sangat ditekankan dan memang penting,” tuturnya. Kita juga perlu membangun website yang user friendly agar memudahkan pelanggan. Ia juga menyampaikan fakta bahwa pandemi telah meningkatkan pengguanan media sosial secara global. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan 8 jam waktunya di setiap hari hanya untuk bermain gadget. “Itu sangat gila, tetapi bisa menjadi peluang besar untuk bisnis kita,” pungkasnya. Branding atau Selling, mana yang lebih dulu? Setelah menyampaikan materi, ada salah satu tenant yang bertanya “untuk startup diawal itu lebih cocok branding dulu, atau selling dulu?” yang langsung dijawab oleh Rininta. “Pendapat saya pribadi, jujur saya memilih jualan dulu,” jawabnya. Bisnis itu berbeda-beda dan caranya pun berbeda-beda. Jika bisnis yang ditawarkan berupa jasa, maka bisa mencoba branding dulu. Sebaliknya, jika bisnis yang ditawarkan berupa produk, idealnya jualan dulu. Sesi terakhir, yaitu tenant dimasukkan ke dalam breakout room sesuai dengan startup mereka masing-masing. Di dalam breakout room akan diberikan pendampingan dan berdiskusi mengenai strategi marketing yang telah dilakukan oleh masing-masing tenant.

Tips Sukses Membangun Startup

Roadshow Gerakan Nasional 1000 Startup Digital kembali hadir di 20 kota. Salah satunya di Yogyakarta tepatnya di Universitas Islam Indonesia (UII) pada Rabu (14/7). 1000 Startup Digital bekerja sama dengan Inkubasi Bisnis & Inovasi Bersama (IBISMA) UII dengan tema “Membangun Negeri Sejuta Potensi”. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan animo masyarakat serta menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital. Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO), Boni Pudjianto mengajak mahasiswa dan alumni perguruan tinggi untuk mengedepankan entrepreneur sebagai bagian dari pembelajaran. “Kami mengharapkan hal ini menjadi sebuah bagian dari kontribusi dalam kurikulum di perguruan tinggi. Mahasiswa nantinya juga bisa menciptakan lapangan kerja baru di masa depan,” tuturnya. Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D., sebagai Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahan dalam sambutannya menyampaikan harapannya kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk menggali ide-ide kreatif dalam pengembangan startup berbasis digital. UII tentu dengan senang hati akan men-support dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Tips sukses membangun startup Selanjutnya, CEO QISCUS, Delta Purna Widyangga sebagai Keynote Speaker mendefinisikan startup sebagai sebuah perusahaan yang didesain untuk tumbuh dengan cepat. Menurutnya, pertumbuhan adalah hal yang terpenting dalam dunia startup. “Ada beberapa hal yang membuat startup itu sukses dan ada juga beberapa hal yang membuat startup itu tidak sukses. Diantaranya adalah sebagian besar membuat produk tapi tidak ada yang pakai dan uangnya habis. Atau timnya kurang kreatif dan tidak tumbuh dengan cepat,” ujarnya. Ia berbagi beberapa tips sukses membangun startup. Pertama, startup harus fokus terhadap problem dan solusinya. Jangan memulai dari solusi kemudian mencari problem. Jadilah orang yang selalu mendengarkan dan melihat sekitar. Ada banyak sekali masalah yang ada di Indonesia yang perlu dipecahkan. Kedua, pastikan menemukan Co-Founder yang tepat. Ketiga, pastikan proses membangun sumber daya manusia diperhatikan dengan baik. Keempat, percepat pertumbuhan dan perhatikan nilai-nilai performa perusahaan. Masukkerja, Womenwill Yogyakarta, dan IBISMA CEO Masukkerja yang juga alumni UII, Rizaldi Saeful Rohman menyebutkan bahwa startup-nya berusaha memberikan solusi dalam mendapatkan informasi, soft skills, dan assessment sebelum masuk ke dunia kerja yang lebih kompetitif. “Masukkerja sendiri baru masuk ke 1000 Startup Digital pada tahun 2020 kemarin dan merasa terbantu sekali karena kami dibantu tentang pengembangan aplikasi selama satu bulan oleh KOMINFO itu sendiri,” jelasnya. Sedangkan, Mugi Rahayu Wilujeng memperkenalan Womenwill Yogyakarta sebagai program dari Google Indonesia untuk memberikan pelatihan UMKM terutama wanita berupa komunitas dan panel digital. Direktur IBISMA UII, Amaria Dila Sari, S.T., M.Sc. selain menyambut baik kegiatan ini juga mengenalkan IBISMA sebagai inkubator bisnis kepada peserta webinar dalam presentasinya. Sebagai akademisi, Amaria menilai startup di bidang pendidikan berkembang pesat, di samping bidang-bidang lainnya. Ia mencontohkan aplikasi Halodoc menjadi contoh produk startup digital di bidang kesehatan. Di masa pandemi, startup perlu lebih berinovasi, khususnya startup yang bergerak di bidang pariwisata. Sebagai penutup acara, ia menambahkan informasi bahwa di IBISMA menawarkan pelatihan-pelatihan gratis yang dapat diikuti oleh semua mahasiswa atau alumni UII yang ingin belajar dan mengembangkan startup mereka.

Design Thinking for Startup by Grab

Inkubasi Bisnis & Inovasi Bersama (IBISMA) bekerja sama dengan Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional UII menyelenggarakan IBISMA Growth Academy (IGA) 2021 dengan tema “Design Thinking for Startup” pada Kamis (8/7) bersama Jaka Wiradinata (GRAB Region Head Central Java & DIY). Peserta dari kegiatan ini adalah tenant dan member IBISMA UBIC 7.0, Civitas Akademika UII (Dosen, Peneliti, Mahasiswa), Pelaku Bisnis (UMKM & Startup), Komunitas Bisnis & Alumni, Pemerintah, Media, serta Masyarakat Umum. Apa tujuan dari webinar ini? Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peran penting design thinking dan success story penggunaan design thinking dalam mengembangkan startup. Webinar dibuka oleh Direktur Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional UII, Dr.rer.nat. Dian Sari Utami, S.Psi., M.A.. Dilanjutkan dengan pemaparan materi design thinking for startup oleh Jaka Wiradinata (GRAB Region Head Central Java & DIY). Harapannya kegiatan ini menjadi salah satu agenda untuk mendorong inovasi dan juga mendukung peningkatan iklim wirausaha yang nantinya berkelanjutan dan potensial. Awal Grab memasuki Kota Jogja Jaka berusaha memaparkan konteks design thinking for startup yang berbasis teknologi, dalam hal ini adalah Grab. “Mungkin saya akan share beberapa pengalaman dari Grab itu sendiri,” ujarnya. Ia menjelaskan bagaimana awal Grab memasuki Jogja, di mana Grab dimulai dari motor dan mobil hingga sekarang berevolusi menjadi super app. “Kompetitior kita dan di dunia juga sama seperti di Amerika dan China juga sudah menuju super app. Sebenarnya konsep super app ini berkembang di Indonesia,” lanjutnya. Sejarah Grab Awalnya pada tahun 2011, Grab bernama MYTEKSI yang resmi diluncurkan ke publik di Malaysia dengan taksi online sebagai produk inti. Kemudian, pada 2013 berganti nama menjadi GrabTaxi dan memperluas operasinya ke Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Indonesia dengan membawa GrabBike sebagai produk baru. Selanjutnya, pada 2016 mengubah namanya menjadi Grab yang sudah lebih berkembang dengan banyak layanan dan telah beroperasi di delapan negara Asia Tenggara. “Grab dengan operasi terbesarnya berada di Indonesia yang telah menjangkau lebih dari 260 kota dari Sabang sampai Merauke,” ungkap Jaka. Service Grab sudah berevolusi dengan super app sehingga bisa bertahan selama pandemi ini. Layanan pengantaran makanan, GrabMart, GrabHealth yang sekarang sedang tinggi sekali pemakaiannya dengan berkonsultasi langsung kepada dokter dan diberikan resep dan diantar ke rumah masing-masing, dan layanan lainnya yang sekarang menjadi satu aplikasi, yaitu di aplikasi Grab. “Kami selalu berusaha untuk memberikan layanan harian yang relevan kepada pelanggan kami,” ujarnya. Tahapan Design Thinking Sejak dua tahun lalu, Grab sudah mengeluarkan report tentang sustainability highlights karena sudah cukup memberikan impact yang dirasakan oleh masyarakat. Jaka menjelaskan bagaimana caranya Grab bisa menjadi sebesar ini, yaitu dengan menerapkan metode design thinking. Metode tersebut memiliki lima tahapan, yaitu empathize, define, ideate, prototype, dan test. Empathize adalah dengan memahami kebutuhan pengguna dan kita harus merasakan dulu. Define adalah membangun sudut pandang yang didasarkan pada kebutuhan dan wawasan pengguna. Ideate adalah brainstorming dengan solusi kreatif. Prototype adalah membangun representasi satu atau beberapa ide untuk ditunjukkan kepada pengguna. Test adalah menguji ide atau prototype kepada pengguna untuk mendapatkan feedback. Penerapan Design Thinking pada Grab Empathize Jaka menceritakan design thinking yang dilakukan Grab dimulai dari empathize di mana sebelumnya pada tahun 2011 – 2012 pendiri Grab menemukan bahwa banyak orang telah melalui pengalaman yang tidak menguntungkan dengan naik taksi di lingkungan yang tidak aman di Malaysia, khususnya wanita. Meskipun menjadi salah satu alternatif transportasi umum pilihan, keselamatan telah menjadi masalah yang memprihatinkan bagi moda transportasi ini. Terutama bagi wanita yang perlu naik larut malam atau dini hari. Define Kemudian, berlanjut ke tahap define dengan mendefinisikan masalah dan mencari tahu apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Salah satunya adalah masalah keselamatan bagi perempuan yang naik taksi di Malaysia. Maka pertanyaannya, bagaimana Grab memastikan perempuan memiliki alternatif transportasi yang aman di Malaysia?. “Kita menciptakan persona pelanggan sebagai target pasar potensial, lalu kita mencari tahu apa yang diinginkan, dibutuhkan, dan dirasakan oleh pelanggan,” lanjut Jaka. Ideate Selanjutnya, melakukan tahap ideate dengan minimum viable product (MVP), MVP adalah hal penting yang dapat dibuat untuk memberikan value kepada pelanggan. “Jadi, apa yang awalnya kami lakukan adalah menemukan cara menyediakan platform yang dapat diterima pelanggan untuk memesan taksi dengan sopir yang sah, terverifikasi, dan memiliki visibilitas untuk melacak taksi mereka secara real time. Itu saja. belum ada fitur tambahan lainnya. Hanya produk inti, itu disebut MVP,” jelasnya. Prototype Pada tahap prototype Grab menjelajahi kelayakan solusi yang diusulkan dan mengawasi peluang. Kemajuan teknologi cepat dan berlimpah, tetapi platform mana yang paling cocok untuk bisnis ini?. Caranya dengan melihat ukuran pasar dan potensi, meninjau alasan penggunaan dan penghalangnya, serta menggunakan analisis SWOT dan pro kontra untuk menilai kecocokan pasar. “Salah satu alasan mengapa Grab memilih aplikasi seluler adalah pemahaman bahwa Asia Tenggara memiliki tingkat penggunaan internet tertinggi di dunia, dengan rata-rata 3,6 jam dihabiskan untuk internet setiap hari,” lanjutnya. Test Setelah itu melanjutkan ke tahap test untuk validasi produk yang telah dibuat. Tahap ini digunakan untuk mengukur kinerja bisnis dan mengembangkannya. Selanjutnya Grab meminta feedback langsung dari pelanggan, mitra, dan pedagang. Hal ini bertujuan agar Grab selalu berinovasi untuk memberikan keamaan, kenyamanan, dan kepuasan kepada pelanggan. “Kita tahu bahwa kita masih jauh dari kesempurnaan, tetapi kita selalu berusaha untuk lebih baik setiap harinya. Dari aplikasi yang sederhana sekarang Grab sudah menjadi ‘Your everyday everyhing app’ dari mulai transportasi, pengantaran, hingga pembayaran. Keunggulan itu tidak datang tiba-tiba, tetapi ia adalah hasil dari tekad kuat, usaha yang tulus, dan eksekusi yang cerdas. Keunggulan lahir dari pilihan-pilihan hidup yang kita pilih jadi bukan sekadar kesempatan. Pada akhirnya yang menentukan jalan hidup kita itu bukan semata-mata kesempatan, tetapi pilihan yang kita ambil dari kesempatan-kesempatan yang ada,” pungkas seorang GRAB Region Head Central Java & DIY.

Roadshow 1000 Startup Digital 2021

Apa itu Roadshow Startup Digital? Roadshow 1000 Startup Digital merupakan langkah awal bagi kita untuk menciptakan masa depan ekonomi digital Indonesia yang akan mengubah nasib bangsa. Gerakan ini ingin menciptakan banyak perusahaan rintisan berbasis digital yang akan mentransformasi Indonesia menjadi negara maju dengan anak muda sebagai motor penggeraknya. Gerakan 1000 Startup Digital Sejak 2016, Gerakan 1000 Startup Digital telah menjaring lebih dari 85.000 calon startup founder dan menghasilkan lebih dari 1.160 startup. Program ini juga telah melibatkan lebih dari 400 mentor dan 300 penggerak lokal dari berbagai sektor industri. Program Roadshow 1000 Startup Digital kali ini lebih fokus dalam mematangkan konsep para peserta dengan mendatangkan para domain expert di sektor atau industri yang merupakan fokus dari prioritas pemerintah pusat dan daerah. Pelaksanaan Program Tahun 2020 Pada tahun 2020 lalu, program dilaksanakan di 17 kota di Indonesia. Program dibagi dalam beberapa tahap, seperti Igniton atau seminar, Workshop, Hacksprint, dan terakhir Incubation. Ignition yaitu seminar untuk memaparkan permasalahan utama yang ada di Indonesia, dipaparkan oleh para pelaku yang ada di industri tersebut. Tahap selanjutnya yaitu Workshop dimana peserta diberikan pembekalan keahlian yang mereka butuhkan dalam membuat sebuat startup digital. Tahap ketiga dilanjutkan dengan Hacksprint untuk menghasilkan solusi dari masalah yang sudah di temukan pada saat workshop. Memasuki tahap kelima yaitu Bootcamp. Tahap ini merupakan sesi mentoring mendalam untuk berkonsultasi tentang perkembangan startup yang telah mereka kerjakan. Terakhir adalah Incubation yaitu tahapan pembinaan mendalam untuk mendapatkan atau menghasilkan Minimum Miable Product (MVP). Membangun Negeru Sejuta Potensi Fase Bertemakan “Membangun Negeru Sejuta Potensi Fase”, Roadshow 1.000 Startup Digital 2021 kali ini merupakan kegiatan pra-Ignition yang akan diadakan di 20 kota penyelenggara. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan animo masyarakat serta menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital ini. Roadshow Tahun ini Roadshow 1.000 Startup Digital tahun ini akan dilaksanakan di 20 daerah pelaksanaan: Ambon, Bali, Balikpapan, Bandung, Batam, D.I. Yogyakarta, Jakarta, Jayapura, Kupang, Lombok, Makassar, Malang, Manado, Medan, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Surabaya, Surakarta, dan Toba. Masing-masing daerah ini akan mendirikan #1000StartupDigital Corner sebagai pusat kolaborasi komunitas teknologi, kreatif, dan kewirausahaan digital. Corner ini juga menyediakan co-working space di mana semua pelaku dan kreator lokal dapat berkolaborasi menciptakan solusi bagi kebutuhan masyarakat setempat hingga berkembang menjadi inovasi digital yang berkelanjutan. Bagi sobat-sobat IBISMA yang ingin mendaftar, silakan mengakses link berikut bit.ly/roadshow1000sUII

ARTIKOS, MagnetZ Project & Selingan Foods Juarai Kompetisi Bisnis Model Prodi Manajemen

Entrepreneurial Learning Outcome (ELO) merupakan salah satu program dari Direktorat Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan / Simpul Tumbuh Universitas Islam Indonesia dalam mewujudkan visi Universitas Islam Indonesia menuju Entreprenurial University. Dalam hibah yang didukung oleh konsorsium Erasmus+ GITA (University of Gloucestershire – Inggris; University of Innsbruck – Austria; Technology University of Dublin – Irlandia; Fachhochschule des Mittelstands University – Jerman) serta Asosiasi Akselerator Kewirausahaan Indonesia (AKSELWIRA), Program Studi Manajemen merupakan sebagai salah satu Prodi Peraih Hibah kemudian mewujudkannya dalam sebuah Kompetisi Business Model Canvas 2021 yang putaran finalnya telah berakhir pada hari Jum’at, 25 Juni 2021 lalu secara daring. Ajang kompetisi bisnis yang diselenggarakan oleh Prodi Manajemen ini di ikuti oleh puluhan tim bisnis mahasiswa dan terbuka untuk seluruh mahasiswa dari lintas Prodi di linkungan UII. Hal ini juga sejalan dengan salah satu tujuan dari Prodi Manajemen untuk menguatkan Profil Lulusan Wirausaha yang di dukung oleh salah satu unit pengembangan kewirausahaan “Entrepreneurial Development Program” (EDP) yang dimiliki oleh Prodi Manajemen. Dalam putaran final, para Top-10 finalis bersaing ketat mempresentasikan (dalam format Business Pitching) model bisnisnya didepan Dewan Juri yang terdiri dari Bagus Panuntun, SE., MBA., CWM., CFP., CSA., CBC. (Deputi Direktur Inkubator Bisnis & Teknologi IBISMA UII), Muhammad Ilham, SE. (Founder & CEO WaktuKita) dan Andriyastuti Suratman, S.E., M.M., CHRMP. (Dosen Kewirausahaan Jurusan Manajemen UII). Akhirnya kompetisi ini melahirkan 3 tim bisnis terbaik yaitu ARTIKOS (Platform Digital untuk Design & Pengadaan Interior) yang di pimpin oleh Muhammad Irsyad al-Fikri sebagai Jurara-1, kemudian MagnetZ Project (Platform Digital Pengembangan Bisnis B2B) yang di pimpin oleh Adelia Azka Sofia sebagai Juara-2 dan Selingan Foods (Bisnis Kuliner dan Coffee Shop) yang di pimpin oleh Gifari Rizki Putranto sebagai Juara-3. Agenda kompetisi bisnis yang dibuka oleh Ketua Program Studi Manajemen Bapak Anjar Priyono, SE., M.Sc., Ph.D. ini diharapkan menjadi wadah bagi mahasiswa Prodi Manajemen untuk mewujudkan ide bisnis serta ajang validasi ide bisnis dari mahasiswa yang tentunya sejalan dengan penguatan Profil Lulusan Wirausaha Prodi Manajemen. Penyelenggara Kegiatan: 1. Program Studi Manajemen FBE UII 2. Direktorat Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh (DPPK/ST)