,

Hierarchy of Leadership

Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) menggelar hari ketiga rangkaian Growth Festival 2021 pada Kamis (21/10). Acara hari ini dimulai dengan sambutan pembukaan dari Kepala IBISMA UII. Amarria Dila Sari, S.T., M.Sc. mengutip dari Nelson Mandela, yaitu “The youth of today are the leaders of tomorrow”. Dari kutipan tersebut ia menyampaikan harapannya terkait acara hari ini. “Harapannya acara ini dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan organisasi ataupun bisnisnya,” ujarnya. Selanjutnya, Kepala IBISMA UII ini juga memaparkan sekilas terkait program yang ada di IBISMA UII.

Kemudian, dilanjutkan dengan webinar bertema Youth Leadership yang disampaikan oleh Penghageng Tepas Tandha Yekti Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu Hayu. Sesi webinar ini dipandu langsung oleh Ketua Program Inkubasi IBISMA UII, Rininta Hanum S.T., M.Eng.

Diawali dengan membahas teori Level 5 Hierarchy of Leadership yang ada di buku Good to Great dari Jim Collins. Level pertama adalah highly capable individual, kedua contributing team member, ketiga competent manager, keempat effective leader, dan level yang tertinggi adalah executive.

Hierarchy of Leadership

Level 1: Highly Capable Individual

Hayu mulai menjelaskan dari level yang pertama, yaitu highly capable individual. “Tidak semua orang punya personality atau mindset yang pas untuk menjadi team player, tapi untuk menjadi great leader bagi semua team player harus menjadi highly capable individual,” jelasnya. Highly capable individual ini membutuhkan pengetahuan yang relevan diiringi dengan penerapannya. Level pertama ini juga membutuhkan kemampuan pendukung, misalnya listening. Tidak kalah penting dari yang sebelumnya, untuk mewujudkan highly capable invidual itu harus menjadi seseorang yang bisa diandalkan. “Menjadi seseorang yang bisa diandalkan itu membuat orang lain merasa butuh. Saya tidak terlalu mempedulikan knowledge dan skills, namun lebih ke good working habits seperti tepat waktu dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Ia juga memaparkan mengenai “Watak Kesatriya”. Ini adalah sebuah filosofi yang sudah ada sejak Hamengkubuwono I dan masih diterapkan di Keroton Yogyakarta. Watak Kesatriya terdiri dari empat, yaitu nyawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh. Nyawiji adalah pikiran, ucapan, tingkah laku yang sama, dan tidak munafik. Greget adalah mengerjakan sesuatu dengan penuh semangat dan kesungguhan. Sengguh adalah percaya diri tanpa menjadi sombong atau merendahkan yang lain. Ora mingkuh adalah tidak lari dari tantangan dan tidak takut menghadapi kesulitan.

“Jadi untuk point knowledge, skills, dan good working habits dikombinasikan dengan watak kesatriya ini akan mendorong kita menjadi highly capable individual,” pikir Hayu.

Level 2: Contributing Team Member

Level kedua adalah contributing team member. “Kita mulai berelasi dengan sesama,” tuturnya. Ia mengemukakan bahwa untuk mencapai level kedua ini maka harus working well with others atau komunikatif, awareness of team dynamic, dan empati. Selain itu, untuk seseorang yang ingin menjadi leader maka ia juga harus bisa memimpin dan dipimpin. Selanjutnya, untuk mewujudkan hal tersebut maka harus mengerti bahwa tugasmu terhubung dengan yang lain. Kemudian, jika bisa bekerja sama mencapai tujuan dan bisa bersaing secara sehat maka level kedua ini dapat terwujud.

Level 3: Competent Manager

Kemudian, level ketiga adalah competent manager. Untuk menjadi competent manager, maka ia harus mengerti batasan teman dan bawahan-atasan, menjadi pemimpin yang memberikan hasil tidak hanya individual tetapi team, dan mengerti people management di mana beda personality maka beda manajemen.

Level 4: Effective Leader

Naik lagi ke level selanjutnya, yaitu effective leader. “Kamu harus mengerti gimana caranya mengkomunikasikan visimu,” ujarnya. Empat hal yang dapat diterapkan untuk menjadi seorang effective leader adalah communicating their vision, people development, making hard decisions, dan lead by example. “Seorang effective leader itu bukan cuma yang nyuruh-nyuruh, tetapi juga memberi contoh,” tuturnya.

Level 5: Executive

Level lima adalah executive. Menurut Jim Collins, executive itu memiliki humility + will atau mampu melihat keluar untuk memberi pujian dan melihat ke dalam untuk memberi kritik. Kemudian, executive juga harus menyiapkan penerus yang lebih baik hingga rela jatuh bangun demi keberhasilan institusi.

“Kita itu butuh pemimpin. Hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu ketika kalian berada pada posisi atas kalian itu butuh yang dipimpin. Hal ini yang sering dilupakan ketika orang sudah sampai di atas. Bergerak sebagai kesatuan kalau kamu tidak bisa memberi pemahaman kepada orang lain, geraknya ga akan pernah ke arah yang sama,” pungkasnya.

Sebelum sesi ini ditutup, maka pada kesempatan kali ini Direktorat Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh memberikan bantuan berbagi kepedulian “Peduli Anak Istimewa” melalui penggiat gerakan sosial Gusti Kanjeng Ratu Hayu.