Tag Archive for: growth fest

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (Kemenkop UKM RI) bersama Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) menggelar program Bootcamp Inkubasi Usaha kepada para startup di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Program ini dibuka langsung oleh Christina Agustin, A.Pi., M.M., selaku Asisten Deputi Pengembangan Teknologi Informasi dan Inkubasi Usaha Kemenkop UKM RI pada Kamis (4/8) di Hotel Crystal Lotus, Yogyakarta.

Direktur Pembinaan dan Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh (DPPK/ST) UII, Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc. memberi selamat kepada para peserta yang telah terpilih untuk mengikuti Bootcamp dalam rangka peningkatan kapasitas startup di Indonesia. Menurutnya sejak tahun 2018, UII telah melakukan transformasi mengenai teknologi sehingga saat ini banyak startup yang telah berkembang.

Arif Wismadi juga mengemukakan bahwa perlu ada kerja sama dari berbagai bidang untuk menciptakan sebuah bisnis yang baik. Adanya kerja sama ini merupakan salah satu tanda sinergitas yang sebenarnya. Salah satu cara untuk mewujudkannya, yaitu menjauhkan bisnis dari lembah kematian. Selain itu, hal yang lebih strategis adalah meningkatkan rasio kewirausahaan.

“Alhamdulillah, UII sudah mendapat peringkat ketiga. Di tahun 2017, sebelum melakukan transformasi itu hanya sekitar empat koma sekian alumni yang berwirausaha. Kemudian di tahun terakhir itu sudah mencapai di 14%. Padahal targetnya dari Kementrian Pendidikan untuk universitas 10% saja. Alhamdulillah kita sudah melampaui,” ucapnya.

Selanjutnya, Ir. Srie Nurkyatsiwi, M.M.A., selaku Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DIY menuturkan bahwa saat ini Yogyakarta sudah mencapai angka 3,37% dari target capaian 4% di tahun 2024. Walaupun begitu, masih banyak tantangan yang perlu diselesaikan, terutama daerah perbukitan yang ketimpangannya sangat tinggi.

Pihaknya juga telah berupaya dengan pengembangan kewirausahaan dengan bermacam aspek, seperti produktivitas, SDM, dan digital marketing. Selain itu, ia juga berharap peserta memiliki kesadaran untuk menjalankan ilmu yang didapat dari pendampingan ini.

“Sudah berapa tahun kami juga bersinergi bagaimana mendampingi, tapi pendampingan dari kita yang berjejaring dengan akademisi dengan IBISMA, tidak akan jalan tanpa komitmen dari para tenant. Disaat ada sesuatu yang disampaikan, bisa nggak ini ditindak lanjuti?. Pertemuan yang dua tiga hari atau tiga bulan tapi kalau nggak ada tindak lanjut, ini juga nggak ada gunanya lagi,” jelasnya.

Terakhir Christina Agustin melalui kanal Zoom Meeting menyampaikan jumlah startup di Indonesia sudah mencapai 2.369 startup dengan peringkat keenam dunia. Hal ini menunjukkan pesatnya pertumbuhan startup Indonesia dari skala bisnis.

Ada dua hal yang mempengaruhi mengapa hal tersebut dapat diraih oleh Indonesia, yaitu keunggulan demografi dan sisi ekonomi digital yang diperkirakan bernilai US$133 Miliar pada tahun 2025.

“Pemerintah khususnya di bidang koperasi akan terus berusaha untuk mengembangkan startup Indonesia dengan berbagai kebijakan baru, seperti Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020. Kemudian PP 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, serta Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional Tahun 2021-2024 yang akan mengembangkan perputaran startup,” ujarnya.

Kegiatan Bootcamp Inkubasi Usaha berlangsung secara intensif selama 3 hari dari 4-6 Agustus 2022.  Bootcamp ini menghadirkan narasumber ahli dan praktisi di berbagai bidang dimulai dari business mindset, startup 101, pengujian dan validasi produk, evaluasi kinerja keuangan, legalitas usaha, standarisasi dan kekayaan intelektual serta persiapan dan fasilitas ekspor (bagi startup non-digital).

Bootcamp Inkubasi Usaha: Upaya IBISMA UII dan Kemenkop UKM RI Tingkatkan Kapasitas Startup

Business Mindset

Materi yang pertama adalah mengenai Business Mind Set yang disampaikan oleh Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc. Dalam materi ini, beliau menjelaskan bahwa kunci utama yang harus dibangun seorang entrepreneur memikirkan peluang dan tantangan. Beliau juga menerangkan tentang empat tingkat kompetensi berdasarkan piramida Hierarchy of Competence yang akan membawa seorang pengusaha memiliki intuisi dan analisis yang benar ataupun sebaliknya.

Startup 101

Amarria Dila Sari, ST., M.Sc., membawakan materi yang kedua dengan judul “Startup 101”. Beliau menjelaskan mengenai karakteristik entrepreneur, yaitu passion, based on opportunities, dan focus on implementation. Beliau juga mengutarakan beberapa aturan dalam mengembangkan startup, antara lain bergabung dalam sebuah inkubator bisnis, contohnya IBISMA, melatih kemampuan pitching, dan memperluas koneksi baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pengujian dan Validasi Produk

Materi ketiga merupakan Pengujian dan Validasi Produk yang dibawakan oleh Muchamad Sugarindra, ST., MT. Beliau mengawali penjelasannya dengan bertanya mengenai seberapa lama usaha itu dapat bertahan. Hal ini berkaitan erat dengan manfaat dari melakukan uji validasi produk. Uji validasi ini salah satunya tergantung pada kualitas produk yang dibuat dengan validator seorang expert ataupun penilaian dari konsumen.

Evaluasi dan Kinerja Keuangan

Selanjutnya, terdapat Bagus Panuntun, SE., MBA., yang mempresentasikan materi dengan topik “Evaluasi dan Kinerja Keuangan”. Beliau menjelaskan mengenai The Art of Startup Finance, Managing Profit & Financial Statements, Cash Flow Analysis, Evaluating Financial Performance, dan praktik menghitung keuangan para tenant secara langsung dengan metode Startup Equity Calculator.

Legalitas Standar dan KI

Prof. Dr. Budi Agus Riswandi, SH., M.Hum., memaparkan materi selanjutnya mengenai Legalitas Standar dan KI. Beliau menguraikan tentang tantangan UMKM saat ini adalah dalam hal pengembangan produk, legalitas perusahaan, akses pembiayaan, dan pemasaran produk. Beliau juga menuturkan strategi HKI untuk mendukung produk-produk UMKM salah satunya membantu pengklaiman hak paten.

Persiapan dan Fasilitasi Ekspor

Materi yang terakhir, yaitu Persiapan dan Fasilitas Ekspor diisi oleh Bastian Turidobroto, ST. Beliau mengungkapkan bahwa pemerintah telah memberi berbagai fasilitas dalam mendorong ekspor Indonesia, seperti adanya FTA Center, Membership Service DIPEN Kementrian Perdagangan, Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center, Pameran Perdagangan Indonesia, dan Business Matching. Selain itu, beliau juga menjabarkan mengenai tata cara untuk mempersiapkan ekspor mulai dari legalitas usaha, izin ekspor, kesiapan produknya, dokumen ekspor, pemasaran dan negosiasi, kontrak sales, sampai ke pembayaran ekspor.

Bagus Panuntun, SE., MBA., selaku Wakil Kepala IBISMA menutup kegiatan Bootcamp Inkubasi Usaha dengan mengingatkan kembali bahwa kegiatan ini merupakan awal mula pendampingan inkubasi yang diisi dengan materi intens. Setelahnya masih akan ada berbagai acara, seperti workshop dan coaching clinic serta demo day yang ditutup pada bulan November. Beliau berharap saat bulan November nanti para tenant sudah bisa melakukan ekspor produknya.

Kolaborasi menjadi Kunci Pengembangan Bisnis

Hari kedua Growth Fest Universitas Islam Indonesia (UII) pada Kamis (14/7) juga dimeriahkan dengan webinar bertajuk Collaborative Dissemination Innovative and Excellent Research. Acara ini dibuka oleh sambutan dari Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc. selaku Direktur Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh. Beliau menyampaikan bahwa saat ini merupakan era digitalisasi. Salah satunya adalah pembayaran menggunakan QRIS pada stand bazaar makanan. Beliau juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada IBISMA yang telah menjadi wadah untuk mengembangkan karya-karya yang inovatif.

Diseminasi merupakan hasil hilirisasi yang awalnya dari pekerjaan BPPM dan berfokus pada penelitian akhirnya menjadi suatu karya nyata besar. Contohnya adalah pembuatan Portabox yang bekerjasama dengan Biofarma. Harapannya acara ini dapat menjadi inspirasi bagi para mahasiswa untuk menciptakan suatu ide produk yang dapat bermanfaat bagi orang banyak. “Saya berharap yang kita dapatkan dari acara ini dapat menjadi sebuah inspirasi untuk adik-adik mahasiswa yang sedang mencari bentuk wirausaha apa yang sesuai atau relevan dengan bentuknya,” tuturnya.

Acara diseminasi ini akan dibagi menjadi 2 sesi. Untuk sesi yang pertama merupakan sesi Panel Mitra Dalam Negeri. Sesi ini akan disampaikan oleh PT Yamaha Indonesia, Portabox/Biofarma, dan Algist. Sedangkan sesi kedua, yaitu sesi Panel Luar Negeri. Sesi kedua ini akan diisi oleh TRIZ Internasional dari Jurusan Teknik Mesin, Informatika, dan Psikologi.

Pada sesi ini para praktisi dan akademisi bisnis yang mumpuni. Sesi yang dipandu oleh Amarria Dila Sari, ST. M.Eng., dengan penyampaian materi mengenai produk Portabox sekaligus menghadirkan produknya secara langsung oleh Biofarma. dr. Sri Harsi Teteki, M.Kes sebagai Direktur Hubungan Kelembagaan, PT. Bio Farma (Persero) menyampaikan bahwa kolaborasi merupakan salah satu kunci pengembangan sebuah bisnis.

Sebelum menentukan kolaborasi yang mana hal ini menjadi kunci dari pengembangan bisnis, seorang pebisnis harus melihat beberapa kriteria. Salah satunya yakni bagaimana projek yang akan diajak berkolaborasi in-line dengan produk bisnis yang dijalankan. Kesempatan bisnis yang didapat, pertimbangan saintis dalam projek, serta ketersediaan fasilitas dan sumberdaya dalam projek juga tidak kalah penting. Poin terakhir yang perlu digaris bawahi adalah melalui kolaborasi ini hendaknya bisa menghasilkan teknologi informasi terbaru.

Tantangan bisnis juga muncul ketika terdapat masalah dan konflik yang terjadi. Hal ini disampaikan oleh Prof. Marcus Stueck dari DPFA Academy, Jerman. Ia menyatakan bahwa untuk menanggulangi permasalahan tersebut, harus dimulai dengan strategi melalui refleksi internal.

Hal ini dapat dibedah dengan mempertimbangkan kesedaran dan ketidaktahuan, ketidakstabilan dan kebakuan, intensitas dan kepenatan serta keterhubungan dan keterpisahan. Selain itu, perlu adanya 4 posisi yang dibutuhkan untuk melihat sebuah masalah dengan baik melalui pengalaman, observasi, evaluasi dan refleksi kritis dengan memanfaatkan data-data saintis.

Selain permasalahan bisnis, Growth Fest juga membahas mengenai prospek karir yang bisa dijajaki seorang mahasiswa. Materi ini dijelaskan oleh Samsudin SD, perwakilan dari PT. Yamaha Indonesia. Pihaknya memiliki kerjasama dengan berbagai universitas yang memiliki manfaat untuk mahasiswa, seperti pembekalan pengetahuan penelitian, keterampilan untuk mengolah data, dan observasi lapangan secara mandiri dari kampus. Yamaha Indonesia juga memiliki program mentoring untuk membekali pekerjaan dan penelitian yang hendak dilakukan mahasiswa.

Tantangan dalam karir akan semakin dahsyat di masa yang akan datang disebabkan karena kemajuan teknologi yang mampu menggantikan peran manusia dalam pekerjaan sehari-hari. Materi tersebut disampaikan oleh Dr. Eng. Risdiyono, ST., M.Eng., dosen Program Studi Teknik Mesin UII. Menurutnya ada beberapa pekerjaan yang tidak akan tergantikan oleh kemajuan teknologi tersebut khususnya yang berhubungan dengan pemecahan masalah, inovasi, kreatifitas, pemikiran kritis dan pembuatan ide.

Setidaknya ada 10 kemampuan yang harus diterapkan untuk menghadapi pergeseran pekerjaan ini di tahun 2025. Kemampuan tersebut meliputi pemikiran analisis dan inovasi, pembelajaran yang aktif dan strategi belajar. Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk memiliki kreatifitas, originalitas dalam pembuatan sebuah karya baru hingga inisiatif dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Ia juga menambahkan bahwa seorang mahasiswa hendaknya membangun kepemimpinan dan berkontribusi pada lingkungan sosial.

IBISMA UII Dukung Pengembangan Kewirausahaan melalui Growth Festival

Growth Festival kembali hadir secara luring di tahun 2022 setelah sebelumnya dilaksanakan secara daring dikarenakan pandemi Covid-19. Growth Festival yang merupakan kegiatan berskala Nasional ini diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia (UII) dengan menggandeng beberapa mitra strategis dalam kerangka penta-helix dari ekosistem inovasi dan kewirausahaan di Indonesia.

Tahun ini, Growth Festival yang digelar selama dua hari, 13 – 14 Juli 2022, mengusung tema “Land of Future”. Tujuan utama dari kegiatan Growth Festival adalah mendorong pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan invensi di perguruan tinggi, serta berbagai macam aktivitas pengembangan kewirausahaan dari sivitas akademika yang kemudian di hilirisasi dan di komersialisasi melalui inovasi dalam upaya membangun ekosistem kewirausahaan dan UMKM di regional DIY, Jawa Tengah hingga Nasional.

Di hadapan awak media, Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. mengemukakan kelompok mahasiswa bisnis rintisan tidak hanya dari mahasiswa UII, tetapi juga dari para pelaku usaha lainnya. Growth Festival diharapkan dapat mendiseminasi dan menginspirasi atau memetik berbagai ide-ide lanjutan, sehingga diharapkan dapat menarik perhatian investor untuk mempercepat proses produksi secara massal untuk dipasarkan.

“Tidak hanya itu, berbagai kelompok rintisan tersebut dikawal oleh Simpul Tumbuh (Direktorat Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh UII) dan di bawah pengawasan Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII,” tutur Prof. Fathul Wahid dalam kegiatan yang di koordinir oleh Direktorat Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh, Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) dan Inkubator Bisnis & Teknologi IBISMA tersebut.

Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan dan Hukum, Pemerintah Kabupaten Sleman, Jazim Sumirat, SH, M.Si. mengungkapkan apresiasinya atas diselenggarakannya Growth Festival. Ia berharap, acara yang digelar ini dapat dikembangkan melalui kerja sama dengan berbagai pihak yang membidangi, dan dari pemerintahan daerah juga akan men-support apa yang dibutuhkan oleh kampus dan mahasiswa lainnya.

“Tidak hanya itu, pemerintah juga mengupayakan dan mengajak mitra lainnya untuk bersinergi dengan kampus, masyarakat, dan UMKM untuk bersama-sama menumbuhkan semangat kewirausahaan,” tutur Jazim Sumirat yang hadir mewakili Bupati Sleman.

Jazim Sumirat menjelaskan bahwa kewirausahaan saat ini merupakan suatu hal yang digalangkan untuk mengubah perspektif masyarakat agar dapat menumbuhkan potensi pada diri setiap individu, sehingga dapat bermanfaat bagi keluarga dan lingkungannya. “Harapannya hal-hal yang kita bangun dan usahakan bersama dapat berkembang, dan juga demi kesuksesan bersama,” tandasnya.Di tempat yang sama, Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. menyampaikan Simpul Tumbuh menjadi bagian manajemen dari Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan, yang mana berfungsi untuk mengembangkan dan menguatkan ekosistem kewirausahaan di UII.

Lebih lanjut disampaikan Wiryono Raharjo, Growth Festival yang diadakan oleh UII ini merupakan event tahunan, yang mana tujuannya untuk merealisasikan konsep dari tiga sisi, yaitu penguatan hubungan antara universitas dengan industri, penguatan kurikulum kewirausahaan, dan pengembangan lingkup usaha di UII yang salah satunya dengan IBISMA/Divisi Simpul Tumbuh. “Sehingga dalam hal ini, diharapkan ekosistem kewirausahaan dapat menjadi tumpuan,” harapnya.

Sementara Direktur Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh, Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc. mengemukakan bahwa UII telah melakukan transformasi menuju entrepreneur university, tidak hanya sebagai teaching university. Kegiatan ini (Growth Festival) juga mendapat dukungan internasional seperti Erasmus program.

Arif Wismadi menambahkan, UII memiliki komitmen dan langkah dengan adanya acara Growth Festival yang terus diadakan setiap tahun dengan melakukan berbagai kegiatan seperti menjual ide, membranding ide, adanya festival, dan dihadirkan berbagai acara musik serta berbagai bazar.

“Inisiatif acara yang berlangsung ini, tidak hanya menunjukkan hasil, tetapi juga mengajak mahasiswa untuk tertarik menjadi wirausaha, tidak hanya sebagai pekerja tetapi juga sebagai pencetak lapangan kerja,” jelasnya.

Growth Festival 2022 yang berlangsung pada Rabu (13/7) di Auditorium KH Abdul Kahar Mudzakkir dihadiri oleh banyak peserta. Acara pada hari pertama ini turut mengundang berbagai narasumber untuk menyampaikan ilmunya dan akan fokus bahas Metaverse sebagai Interaksi Immersive dan Young Entrepreneur.

Growth Festival bahas Metaverse sebagai Interaksi Immersive

Ir. Srie Nurkyatsiwi, M.M.A. selaku Kepala Dinas dan UKM DIY memberi Partner Speech mengenai kolaborasi dan strategi digitalisasi UMKM. Beliau menyampaikan bahwa PEMDA DIY bersama dengan Dinas Koperasi dan UKM DIY dan Universitas Islam Indonesia mendukung penuh perkembangan UMKM di Yogyakarta. Mereka saling mengisi bersinergi untuk merealisasikan indikator-indikator pertumbuhan perekonomian dengan cara pendampingan UMKM

“Kami di pemerintah pastinya bersama dengan Pak Jazim, bagaimana kita menjalani sirgulasi, kebijakan, regulator, tetapi kebijakan regulasi ini tidak akan bisa optimal, tidak ada gunanya lagi saat apa yang kita rencanakan dan kita susun dalam sebuah dokumen tapi tidak bisa diimplementasikan. Saat pengimplementasian pasti dari pemerintah tidak bisa sendiri. Maka kolaborasi menjadi salah satu kuncinya,” jelas Bu Siwi.

Dinas Koperasi DIY memiliki beberapa target. Pertama, mengenai cara meningkatkan kapasitas UKM, yaitu dengan meningkatkan omset UMKM mulai dari produksi, kualitas, legalitas, dan faktor penting lainnya. Kedua, peningkatan kapasitas koperasi dengan cara meningkatkan omset Koperasi. Lebih memperhatikan kepada kualitasnya, bukan jumlahnya. Sehingga pada tahun 2024, pemerintah dapat mencapai target untuk menciptakan 500 Koperasi Modern yang mengarah pada transformasi digital. Ketiga, penumbuhan wirausaha baru. Cara untuk menumbuhkan wirausaha baru ini dapat melalui inkubator bisnis, salah satunya IBISMA.

Selanjutnya, ada acara Technology Talkshow yang dipandu oleh Bagus Panuntun, SE., M.B.A. Talkshow ini dibawakan oleh Indra Haryadi, yaitu seorang CEO Hacklab Rocks dengan subjek “Metaverse for Our Future”. Beliau menjelaskan mulai dari pengertian metaverse sampai ke contoh penerapannya. Beliau menganalogikan metaverse menggunakan film-film yang menceritakan sebuah keadaan dimana sebagian besar waktu yang digunakan oleh orang yang tinggal di dunia tersebut dihabiskan untuk dunia virtual. “Jadi dari kamu lahir sampai kamu mati, itu kamu di dunia virtual,” ucapnya.

Menurut beliau, metaverse adalah internet dimensi ke-4 dimana manusia dapat berinteraksi secara immersive dengan objek virtual. Beliau berkata bahwa saat ini kita sedang menikmati internet dimensi ke-2. Salah satu contohnya penggunaan smartphone yang hanya memiliki tinggi dan lebar, serta bentuk interaksinya dengan menekan, mencubit, dan menggeser pada layar sentuh smartphone tersebut. Sedangkan metaverse memiliki tinggi, lebar, kedalaman, dan berat dengan beragam bentuk interaksi. Selain itu, metaverse punya banyak visualisasi objek yang ada di dunia nyata.

“Jadi kalau teman-teman pegang suatu benda, misalnya pegang mic. Itu bisa terasa kalau bentuknya bundar, teksturnya bisa terasa, panas temperaturnya juga bisa terasa. Bahkan saya percaya, one day bau itu bisa ditransfer,” tuturnya.

Kemudian, akan ada Business Talkshow yang dimoderatori oleh Rininta Hanum, ST., M.Eng., dengan tajuk “Set up Your Mind to be Young Entrepreneur” sebagai penutup rangkaian hari pertama. Talkshow ini dipaparkan oleh Saga Iqranegara selaku Ketua Umum ADITIF (Asosiasi Digital Kreatif Indonesia). Beliau mengawali talkshow dengan mengemukakan bahwa Indonesia masih membutuhkan banyak pengusaha baru karena untuk negara berkembang, minimal 2% dari populasinya adalah seorang entrepreneur. Namun, pada kenyataannya 90% perusahaan rintisan mengalami kegagalan. Walaupun begitu, setiap usaha entrepreneur tangguh tidak akan pernah berbohong. Apabila menemukan kegagalan, maka harus mencoba lagi dengan usaha yang lebih baik.

Beliau juga menjelaskan hal yang lebih penting untuk dimiliki oleh seorang pengusaha muda adalah Think like an Entrepreneur. Menurutnya, seorang pengusaha harus memiliki mindset Independence atau kemandirian, Accountability atau berani bertanggung jawab, Goal-oriented atau fokus memprioritaskan satu tujuan besarnya, Resilience atau kekuatan mental, dan Willingness to Experiment atau eksperimen saat membangun perusahaannya dari nol sampai sukses. Terakhir, beliau menyampaikan agar pengusaha menguasai skill masa depan, seperti menjadi seorang problem solver.

“Kalau sakit pasti ke dokter, ya, atau ke apotek. Kenapa sakit kita pergi ke dokter? Karena mereka adalah problem solvernya kita. Jadilah seorang problem solver. Apapun, ya, bidang yang kalian tekuni, jadilah seorang problem solver,” ucapnya.

Growth Festival Jadi Wadah Inovasi KewirausahaanGrowth Festival yang merupakan kegiatan berskala Nasional ini diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia (UII) dengan menggandeng beberapa mitra strategis dalam kerangka penta-helix dari ekosistem inovasi dan kewirausahaan di Indonesia. Growth Festival kembali hadir dengan mengusung tema “Land of Future”. Prof. Fathul Wahid S.T.,M.Sc.,Ph.D. dalam sambutannya di acara pembukaan Growth Festival 2022 pada Rabu (13/07), mengucapkan rasa syukur atas berjalannya acara Growth Festival 2022 secara luring. “Hal ini menandakan bahwa dengan aktivitas yang dilaksanakan secara luring, pertanda bahwa pandemi segera berakhir dan dapat menjalani aktivitas-aktivitas fisik kita secara lebih fleksibel lagi,” ujarnya.

Rektor UII juga berharap bahwa acara ini akan selalu memberikan perbaikan serta inovasi yang dijalankan sehingga kedepannya dapat menjadi model inspirasi. Ia juga menjelaskan mengenai pentingnya perspektif pengaruh sosial. Menurutnya, menebar semangat kewirausahaan merupakan salah satu contoh nyata dari pengaruh sosial. Hal tersebut penting dilakukan karena dalam hidup kita akan selalu belajar dari orang lain untuk bertumbuh dan berkembang. Namun, perspektif  juga dipengaruhi oleh orang lain, sehingga penting memahami konsep dari pengaruh sosial bekerja dan berproses dalam kehidupan.

Terdapat 2 mekanisme pengaruh sosial, yaitu pengaruh sosial dapat digunakan sebagai media informasi dan pengaruh sosial dapat disebabkan dari tekanan kelompok. “Pengaruh sosial sebagai media informasi contohnya pada saat pandemi diwajibkan memakai masker sehingga dapat mempengaruhi suatu kelompok. Sedangkan pada pengaruh sosial tekanan kelompok dimana semakin banyak suatu kelompok memiliki suatu persepsi maka individu yang lain juga akan mengikutinya karena adanya tekanan kelompok,” jelasnya.

Ia melanjutkan bahwa pengaruh sosial dapat menjadi jebakan dan juga perubahan bagi individu. Pengaruh sosial dapat menjadi tantangan karena adanya konservatisme kelompok kolektif sehingga harus adanya sikap ketidakpedulian terhadap perbedaan sehingga dengan adanya pemikiran ini dapat menjadikan individu maju dan berpikir maju sehingga muncul inovasi baru karena berbeda dan keluar dari zona nyaman.

“Terkadang hal yang kita anggap sederhana dan sepele, dapat menjadi suatu perubahan yang besar. Sehingga perubahan kita mulai tidak harus mulai hal besar yang besar, tapi dapat kita mulai perencanaan ide-ide kecil yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan kemudian dapat berdampak luar biasa,” jelasnya.

Selanjutnya, Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A, selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI membahas mengenai peran statis start up untuk mewujudkan industri kreatif berkelanjutan. Sektor ekonomi kreatif 2021, berkontribusi sebesar 1300 Triliun atau 7,4% dari PDB nasional, “menempatkan Indonesia ke tiga besar dunia, setelah Amerika dengan Holywood dan Korea dengan K-Pop,” tuturnya.

Tahun 2022, terdapat 210 juta pengguna aktif internet dan 191 juta pengguna aktif media sosial, angka penetrasi internet di Indonesia sudah 77%. “Bersama Presiden Joko Widodo kita telah meluncurkan gerakan nasional ‘Bangga Buatan Indonesia’ yang sejak peluncuran ada 3,7 juta unit usaha telah tertransformasi ke dalam platform digital,” ujarnya.  Ia juga menyampaikan dengan target 2023, sebanyak 30 juta UMKM yang on board dan per hari ini sudah mencapai 20 juta.

Kemunculan start up menjadi keterbaruan model bisnis, Indonesia memiliki 2230 start up dan di tahun 2025 potensi ekonomi mencapai 124 miliar dollar. “Kita sekarang sudah memiliki 2 decacorn dan 10 unicorn start up,” tambahnya. Berdasarkan data, penduduk Indonesia tercatat di dominasi oleh Gen Z sebanyak 75 juta jiwa dan Millenial sebanyak 70 juta jiwa dengan karakteristik agility, creativity, dan curiosity.

“Mari kita tumbuhkan jiwa kewirausahaan dengan terus berinovasi, beradaptasi, dan berkolaborasi dengan semangat 3G: gerak cepat (gercep), gerak bersama (geber), dan garap semua potensi orang lain (gaspol),” lanjutnya. Harapannya dengan adanya acara Growth Festival ini dapat meningkatkan kapasitas dan menciptakan SDM yang berintegritas, unggul, dan berdaya saing.

Kemudian, acara ini dibuka secara langsung oleh Bupati Kabupaten Sleman yang diwakili oleh Staff Ahli Bupati Bidang Pemerintahan dan Hukum, Jazim Sumirat, S.H., M.Si.  Dalam sambutannya mengatakan bahwa dengan adanya acara Growth Festival 2022 dapat mendorong pemanfaatan hasil-hasil penelitian pada perguruan tinggi serta, dapat menumbuhkan berbagai macam aktivitas pengembangan kewirausahaan baik dari sivitas akademika, mahasiswa, maupun dari dosen sehingga dapat dilaksanakan untuk mengatasi berbagai persoalan di tingkat global dan juga persoalan bangsa dengan berbagai inovasi.

Ia juga berharap bahwa acara ini juga dapat membangun ekosistem kewirausahaan dan meningkatkan pemasaran produk hingga menembus pasar internasional. Hal ini dapat menjadi pemicu bangkitnya pertumbuhan pariwisata khususnya di Kabupaten Sleman dan juga memberikan manfaat bagi pelaku bisnis dan UMKM untuk menjaga kelancaran bisnis setelah menghadapi pandemi Covid-19.

“Saya berharap dengan adanya acara ini dapat mendorong inovasi, pembinaan, dan pengembangan kewirausahaan untuk mahasiswa dikarenakan pentingnya menanamkan bekal pengetahuan kewirausahaan pada wirausaha sebagai entrepreuner di masa depan” harapnya.Pada kesempatan ini, UII memberikan sertifikat penghargaan kepada tenant pra start up penerima pendanaan CPPBT, yakni Idemes, Zakea Indonesia, ITMS, Usy-Box, Netraku, Roger, dan Next Optima yang diberikan langsung oleh Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D.

Growth Festival 2021 yang diselenggarakan oleh Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) sudah sampai pada hari ketiga, Kamis (21/10). Hari ketiga ini diisi dengan talkshow Food & Baverage Hack yang akan disampaikan oleh Danu Sofwan, CEO dan Founder Es Teh Indonesia. Talkshow ini dipandu langsung oleh Ahmad Syihabbudin Zankie, S.T.

Danu Sofwan memperkenalkan dirinya sebagai founder dan owner dari Radja Cendol, Es Teh Indonesia, Basreng Gonjreng, dan beberapa lini bisnis. Ia juga menjadi investor di beberapa UMKM, “jadi kalau teman-teman punya ide bisnis, sudah punya konsepnya bisa diajukan website danusofwan.com dan disana sudah lengkap cara dan panduannya,” jelasnya.

Setelah itu ia langsung menjelaskan materi mengenai “Strategi Cuan Bisnis Kulineran”. Pada kesempatan kali ini ia membagikan cerita prosesnya dalam berbisnis. Danu flashback ke belakang, ia lahir dari keluarga yang berkecukupan. Sejak SMP ia sudah diberikan fasilitas mobil dan dikasih apapun yang ia mau oleh orang tua. Kemudian tiba-tiba perusahaan Ayahnya mengalami kebangkrutan dan 2 tahun kemudian meninggal dunia tanpa meninggalkan apapun. Sejak saat itu ia menjadi tulang punggung keluarga.

Setelah kejadian tersebut, Danu memulai bisnisnya dengan menjadi reseller atau menjual kembali barang yang sudah ada. Ia menjalani sepuluh aktivitas usaha, yaitu kaos kaki, sepatu, baju, dan lain sebagainya. “Akhirnya saya menyadari bahwa saya hanya menjalani aktivitas dagang, saya tidak sedang berbisnis,” ujarnya. Berdagang dan berbisnis adalah hal yang berbeda. Sampai akhirnya ia bertemu dengan konsep Radja Cendol yang merupakan bisnis pertamanya. Danu pun belajar berbisnis ini hanya dari Google.

“Dalam waktu satu setengah tahun saya bisa membeli ruko 3 lantai secara cash di daerah Pondok Kelapa Jakarta Timur karena saya benar-benar disiplin,” tuturnya.

Strategi Cuan Bisnis Kulineran

Kesuksesannya ini dapat dicapai karena memiliki empat pilar disiplin yang selalu ia pegang. Empat pilar disiplin itu adalah disiplin diri, disiplin spiritual, disiplin finansial, dan disiplin waktu. Danu juga membagikan rumus dalam berbisnis, yaitu concept, intelectual property, empower, edukasi, helping, evaluasi, dan momentum. “Ketika kita ngomongin dunia bisnis, sebenarnya ada dua aliran. Aliran pertama adalah mengikuti tren, contohnya boba. Aliran yang kedua adalah melawan arus, saya senengnya sama aliran yang kedua. Memang sangat menantang, kita harus mempunyai faktor pembeda,” ujarnya.

Dunia bisnis itu ada prosesnya, yaitu starting, monetizing, systemizing, maintaining, dan growing & multiplying. Hal penting lainnya, yaitu marketing mix atau 4P (product, people, price, promotion). Tidak kalah penting, dalam bisnis kita harus memperhatikan target market, seperti mass market, broad market, atau niche markets.

“Penyakit berbahaya dalam berbisnis. Jangan kutuan atau kurang pengetahuan, jangan kudisan atau kurang disiplin anget-angetan, dan jangan kremian atau kurang ilmu ih ada aja yang disalahkan. Jadi, ketika kita belum berhasil melakukan sesuatu, pasti masih ada ilmu yang belum kita tau. Tekad, nekat, niat, semangat aja ga cukup, pentingnya keilmuan,” jelas Danu.

Tiga pola yang membuat kita berkembang, yaitu buka mindset, riset, dan jangan lambat. “Teman-teman ini sudah masuk ke era digital, membuat segala sesuatu yang vertikal menjadi horizontal. Maksudnya sekarang bukan lagi yang besar mengalahkan yang kecil, tetapi yang cepat mengalahkan yang lambat,” lanjutnya. Danu juga membagikan tips untuk membuat produk laku, yaitu extra ordinary, unique selling proposition, dan history. Extra ordinary artinya perlu ada faktor berbeda dan tak biasa dari segi konten, packaging, dan lainnya. Unique selling proposition artinya bukan sekedar unik tetapi punya nilai jual. History artinya memasukkan nyawa tentang cerita dan value dari produk kita.

Bagaimana caranya scale up bisnis?

  1. Product validation – Pastikan produknya sesuai dengan taste masyarakat di segmentasi daerah/kota yang diincar.
  2. Market fit – Target konsumen, kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi, keunggulan bisnis kita dibanding kompetitor, fitur apa saja yang dimiliki produk, pengalaman pengguna (user experience).
  3. Operation – Perhatikan SOP & KPI.
  4. Lifetime – Perhatikan masa kadaluarsa produk.
  5. Channel & Distribution – Perhatikan networking & Supply Chain.
  6. Financial statement – Sekeras apapun upaya kita untuk scale up bisnis kalau tidak punya plan dan data keuangan, pasti akan banyak terjadi kebocoran.

Kamis (21/10) Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) melanjutkan rangkaian Growth Festival 2021. Hari ketiga ini terdapat agenda Virtual Expo Stumall yang diakses melalui website https://simpultumbuh.uii.ac.id/growthfest/ lalu langsung saja klik expo pada laman tersebut. Expo tersebut berisikan ide-ide bisnis dari kolaborasi Business Ideation Psypreneur, Kewirausahaan Syariah Teknik Industri dan PBI.

Sinergi IBISMA dan Psypreneur untuk Menggali Potensi Mahasiswa dalam Kewirausahaan

Sambutan sekaligus penyampaian kegiatan kolaborasi dengan Psypreneur oleh Resnia Novitasari, S.Psi., M.A. selaku Ketua Program Studi Psikologi UII. “Terima kasih kepada IBISMA UII yang telah bersinergi dengan semua pemangku kepentingan atau pentahelix termasuk Prodi Psikologi UII dalam beberapa tahun terakhir untuk menggali potensi mahasiswa terkait dengan kewirausahaan,” ucapnya.

Menurutnya tema Growth Fest tahun ini sangat menarik, yaitu Scaling Deep to Scaling Up. Hal itu membuat ia teringat dengan semangatnya UII, yakni menguatkan akar, menjulangkan dahan, dan melebatkan buah. “Setiap proses yang dilakukan tentunya kita berharap kebermanfaatan akan menjadi semakin lebat seiring dengan kegiatan Growth Fest ini dilakukan,” harapnya.

Prodi Psikologi memandang bahwa tema Growth Fest ini sangat selaras dengan cita-cita mereka, yakni untuk menumbuhkan karakter mahasiswa dengan profetik, profesional, dan problem solver. Harapannya mahasiswa lulusan dari Prodi Psikologi ini bukan menjadi pencetus masalah melainkan pemecah masalah dalam dunia kewirausahaan yang bisa membantu mewujudkan itu.

“Misalnya dengan thinking out of the box itu ya berpikir di luar kebiasaan, kemampuan agility atau tangkas perubahan serta inovatif dan terakhir tentunya karakter profesional yang bisa ditumbuhkan melalui kegiatan wirausaha melalui karakter mandiri bertanggung jawab, berani mengambil resiko beserta seluruh konsekuensinya,” tuturnya.

Kaprodi Psikologi ini juga melihat laman IBISMA yang luar biasa ide-idenya. “Ide yang bermunculan pada kanvas bisnis yang saya lihat ini punya relasi dengan yang dekat sekali dengan psikologi, misalnya saja isu-isu kesehatan mental dalam berbagai bentuk start up atau ada beberapa produk yang dia itu eco friendly serta inovasi tentunya untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya. Ia merasa bersyukur, karena artinya semangat inovasi ini sudah mulai ditangkap oleh mahasiswa, yaitu kaitannya adalah menambah value dari setiap hal yang dilakukan.

Kemudian, ia juga menjelaskan berkaitan dengan Psypreneur untuk Prodi Psikologi yang masih sama seperti tahun sebelumnya, yakni kegiatan ini menjadi bagian dari mata kuliah Kewirausahaan Syariah yang diambil oleh mahasiswa semester 5, yaitu angkatan 2019. “Oleh sebab itu, kami sangat mengapresiasi atas kolaborasi yang apik antara tim dari Psypreneur Prodi Psikologi UII dan juga dengan tim dari IBISMA,” lanjutnya. Diskusi berkelanjutan juga terus dilakukan dengan pihak IBISMA UII.

Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) menggelar hari ketiga rangkaian Growth Festival 2021 pada Kamis (21/10). Acara hari ini dimulai dengan sambutan pembukaan dari Kepala IBISMA UII. Amarria Dila Sari, S.T., M.Sc. mengutip dari Nelson Mandela, yaitu “The youth of today are the leaders of tomorrow”. Dari kutipan tersebut ia menyampaikan harapannya terkait acara hari ini. “Harapannya acara ini dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan organisasi ataupun bisnisnya,” ujarnya. Selanjutnya, Kepala IBISMA UII ini juga memaparkan sekilas terkait program yang ada di IBISMA UII.

Kemudian, dilanjutkan dengan webinar bertema Youth Leadership yang disampaikan oleh Penghageng Tepas Tandha Yekti Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu Hayu. Sesi webinar ini dipandu langsung oleh Ketua Program Inkubasi IBISMA UII, Rininta Hanum S.T., M.Eng.

Diawali dengan membahas teori Level 5 Hierarchy of Leadership yang ada di buku Good to Great dari Jim Collins. Level pertama adalah highly capable individual, kedua contributing team member, ketiga competent manager, keempat effective leader, dan level yang tertinggi adalah executive.

Hierarchy of Leadership

Level 1: Highly Capable Individual

Hayu mulai menjelaskan dari level yang pertama, yaitu highly capable individual. “Tidak semua orang punya personality atau mindset yang pas untuk menjadi team player, tapi untuk menjadi great leader bagi semua team player harus menjadi highly capable individual,” jelasnya. Highly capable individual ini membutuhkan pengetahuan yang relevan diiringi dengan penerapannya. Level pertama ini juga membutuhkan kemampuan pendukung, misalnya listening. Tidak kalah penting dari yang sebelumnya, untuk mewujudkan highly capable invidual itu harus menjadi seseorang yang bisa diandalkan. “Menjadi seseorang yang bisa diandalkan itu membuat orang lain merasa butuh. Saya tidak terlalu mempedulikan knowledge dan skills, namun lebih ke good working habits seperti tepat waktu dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Ia juga memaparkan mengenai “Watak Kesatriya”. Ini adalah sebuah filosofi yang sudah ada sejak Hamengkubuwono I dan masih diterapkan di Keroton Yogyakarta. Watak Kesatriya terdiri dari empat, yaitu nyawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh. Nyawiji adalah pikiran, ucapan, tingkah laku yang sama, dan tidak munafik. Greget adalah mengerjakan sesuatu dengan penuh semangat dan kesungguhan. Sengguh adalah percaya diri tanpa menjadi sombong atau merendahkan yang lain. Ora mingkuh adalah tidak lari dari tantangan dan tidak takut menghadapi kesulitan.

“Jadi untuk point knowledge, skills, dan good working habits dikombinasikan dengan watak kesatriya ini akan mendorong kita menjadi highly capable individual,” pikir Hayu.

Level 2: Contributing Team Member

Level kedua adalah contributing team member. “Kita mulai berelasi dengan sesama,” tuturnya. Ia mengemukakan bahwa untuk mencapai level kedua ini maka harus working well with others atau komunikatif, awareness of team dynamic, dan empati. Selain itu, untuk seseorang yang ingin menjadi leader maka ia juga harus bisa memimpin dan dipimpin. Selanjutnya, untuk mewujudkan hal tersebut maka harus mengerti bahwa tugasmu terhubung dengan yang lain. Kemudian, jika bisa bekerja sama mencapai tujuan dan bisa bersaing secara sehat maka level kedua ini dapat terwujud.

Level 3: Competent Manager

Kemudian, level ketiga adalah competent manager. Untuk menjadi competent manager, maka ia harus mengerti batasan teman dan bawahan-atasan, menjadi pemimpin yang memberikan hasil tidak hanya individual tetapi team, dan mengerti people management di mana beda personality maka beda manajemen.

Level 4: Effective Leader

Naik lagi ke level selanjutnya, yaitu effective leader. “Kamu harus mengerti gimana caranya mengkomunikasikan visimu,” ujarnya. Empat hal yang dapat diterapkan untuk menjadi seorang effective leader adalah communicating their vision, people development, making hard decisions, dan lead by example. “Seorang effective leader itu bukan cuma yang nyuruh-nyuruh, tetapi juga memberi contoh,” tuturnya.

Level 5: Executive

Level lima adalah executive. Menurut Jim Collins, executive itu memiliki humility + will atau mampu melihat keluar untuk memberi pujian dan melihat ke dalam untuk memberi kritik. Kemudian, executive juga harus menyiapkan penerus yang lebih baik hingga rela jatuh bangun demi keberhasilan institusi.

“Kita itu butuh pemimpin. Hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu ketika kalian berada pada posisi atas kalian itu butuh yang dipimpin. Hal ini yang sering dilupakan ketika orang sudah sampai di atas. Bergerak sebagai kesatuan kalau kamu tidak bisa memberi pemahaman kepada orang lain, geraknya ga akan pernah ke arah yang sama,” pungkasnya.

Sebelum sesi ini ditutup, maka pada kesempatan kali ini Direktorat Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh memberikan bantuan berbagi kepedulian “Peduli Anak Istimewa” melalui penggiat gerakan sosial Gusti Kanjeng Ratu Hayu.

Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) memulai hari kedua rangkaian Growth Festival 2021 pada Senin (18/10). Acara hari ini dimulai dengan sambutan pembukaan dari Direktur Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh, Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc. Dilanjutkan webinar dari Mawaddi Lubby dan Dr. Raden Bagus Fajriya Hakim, S.Si. dengan tema Business Intelligence.

Manfaat Business Intelligence

Business Intelligence di dunia bisnis

Webinar ini dipandu langsung oleh Muchammad Sugarindra, S.T., M.T. Partner Engagement Strategy Manager West (Grab Indonesia), Mawaddi Lubby menyampaikan bahwa business intelligence adalah sutu bidang yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dan mengembangan bisnis dan operasional agar semakin baik kedepannya. “Melalui bisnis intelligence kita bisa menyelesaikan masalah tentang sales, supply, demand, traffic, dan lain-lain,” ujarnya. Ia juga menceritakan tentang bagaimana business intelligence bermanfaat dalam menyelesaikan permasalahan bisnis yang khususnya ada di grab atau secara umum.

“Apabila teman-teman sudah mencari data dari berbagai sumber tentang penjualan yang berkurang, penjualan yang mendadak meningkat, interaksi sosial media yang fluktuatif itu artinya teman-teman sudah mengetahui tentang business intelligence,” lanjutnya. Business intelligence adalah mencari, mengolah, dan menggunakan data secara restospective untuk mengembangkan bisnis. Setiap keputusan yang diambil dalam berbisnis harus berdasarkan data bukan berdasarkan asumsi.

Manfaat Business Intelligence

Business Intelligence di perguruan tinggi

Selanjutnya, Dr. Raden Bagus Fajriya Hakim, S.Si. sebagai akademisi di UII mengemukakan tentang business intelligence di perguruan tinggi. Pendidikan semakin dipandang sebagai kunci untuk pengetahuan suatu negara. Negara-negara berkembang memandang peningkatan partisipasi pendidikan sebagai hal penting untuk transisi ke negara maju. Pendidikan mendorong ekonomi suatu negara.

Lebih lanjut ditekankan bahwa universitas sangat peduli dengan mahasiswa yang berkualitas baik dari latar belakang sosial ekonomi yang beragam. Konselor penerimaan mahasiswa mempertimbangkan seluruh orang melalui nilai raport sebagai bukti kualitas kepemimpinan dan integritas individu. Petugas penerimaan menempatkan nilai tinggi pada transkrip akademik siswa sebagai indikator seberapa siap siswa baru untuk memasuki perguruan tinggi dan sesuai dengan misi universitas.

Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem business intelligence. Untuk menjaring mahasiswa maka perguruan tinggi perlu melalui proses data engineering, data analytics, dan data visualization.

Webinar Day 1

Akselerasi Hilirisasi Inovasi dan Hasil Riset

Growth Festival 2021 merupakan kegiatan yang diselenggaran oleh Direktorat Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh (Growth Hub UII) dan Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI). Kegiatan ini merupakan kegiatan puncak dari program Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII). Kegiatan bertajuk “Scaling Deep to Scaling Up” ini akan diselenggarakan selama lima hari secara daring. Agenda hari pertama pada Selasa (12/10) meliputi pembukaan acara dan webinar.

Prof. Fathul Wahid

Sesi pemaparan materi dipandu oleh Direktur Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh UII, Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc. Pemaparan pertama disampaikan Prof. Fathul Wahid dengan mengangkat tema Entrepreneurial University untuk Akselerasi dan Hilirisasi Inovasi. Prof. Fathul Wahid mengajak para peserta untuk berdiskusi mengenai dua hal, yaitu perspektif entrepreneurial university dan tawaran model.

“Sebagian besar eksekutif dan manajer tahu bagaimana berpikir deduktif. Artinya, mereka pandai mendefinisikan masalah kemudian mencari dan mengevaluasi berbagai solusi, tetapi menerapkan teknologi informasi untuk bisnis reengineering itu menuntut pemikiran induktif. Kemampuan untuk mengenali masalah dan mencari solusi yang bahkan mungkin perusahaan tidak mengetahui bahwa mereka memiliki masalah tersebut,” jelasnya.

Menurut Prof. Fathul Wahid, entrepreneurial university tidak melulu tentang mendirikan usaha, tetapi ada aspek lain yang saling terkait. Prof. Fathul Wahid juga mendiskusikan tentang motivasi dan tujuan membangun entrepreneurial university, siapa yang seharusnnya entrepreneurial, bagaimana strategi implementasi, dan bagaimana cara mengatasi kemungkinan konflik/variasi misi.

Prof. Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng.

Materi kedua disampaikan oleh Plt Kepala Pusat Riset Metalurgi & Material Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng. dengan tema Strategi Scale Up Hilirisasi Hasil Riset. Dalam pemaparannya disampaikan mengenai inovasi & tantangan komersialisasi hasil litbang, strategi bisnis berbasis hasil litbang, praktek dan model alih teknologi hasil litbang LIPI, dan peranan startup dalam “The Valley of Death” & Nanotechnology Group Activities.

Prof. Nurul Taufiqu Rochman mengemukakan bahwa inovasi merupakan serangkaian proses mulai dari identifikasi permasalahan dalam kehidupan melalui penelitian dan pengembangan (litbang) hingga menyelesaikan masalah tersebut melalui penciptaan baik itu produk ataupun layanan jasa yang memiliki nilai kebaruan dan ekonomis sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia.

“Prototipe hasil litbang harus dipatenkan dengan alasan untuk perlindungan atas hasil penelitian yang baru dan bermanfaat, mengukuhkan kepemilikan negara dan pengakuan terhadap peneliti, saluran pengetahuan yang bebas akses bagi politik, menjadi indikator luaran lembaga litbang di dunia, mosaik rekam jejak hasil kerja peneliti, dan perlindungan dalam persaingan di dunia usaha,” jelasnya.

Prof. Nurul Taufiqu Rochman mengatakan bahwa tidak mudah untuk membawa hasil riset LIPI kepada masyarakat & industri. “Tantangan yang dihadapi, yaitu mekanisme alih teknologi belum banyak diketahui, para peneliti tidak memiliki jiwa technopreneur, regulasi dan kebijakan yang belum mendukung, dan belum ada pedoman dan mentor yang mumpuni,” jelasnya.